TASIK – Sebagian perempuan di Kota Tasikmalaya harus menjadi tulang punggung menghidupi keluarga. Namun, pemerintah belum memiliki data perempuan-perempuan yang menjadi kepala keluarga.
Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) memiliki tupoksi pemberdayaan perempuan. Termasuk, mereka yang menjadi tulang punggung keluarga.
Hal itu diakui Kepala DPPKBP3A, Hj Nunung Kartini mengatakan pihaknya punya program Pembinaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA). Sasarannya sendiri yakni janda yang memiliki anak, atau perempuan lain yang menjadi tulang punggung keluarga. “Termasuk ketika ada anak perempuan yang menjadi kepala keluarga, jika ayah dan ibunya sudah tidak ada,” ungkapnya kepada Radar, Rabu (9/9).
Dengan program tersebut, perempuan diberi pembinaan supaya bisa menghidupi keluarganya. Bukan hanya dalam hal finansial, tapi juga guna membina keluarga yang baik. “Kalau untuk ekonominya misal kita latih untuk berwirausaha,” katanya seperti dikutip dari Radar Tasikmalaya (Fajar Indonesia Network Grup).
Akan tetapi, program tersebut belum berjalan dengan maksimal. Pasalnya, dinas sendiri belum melakukan pendataan secara menyeluruh di lapangan karena terkendala anggaran. “Kita belum punya data karena belum melakukan pendataan menyeluruh,” ujarnya.
Program PEKKA tersebut, kata dia, baru berjalan di beberapa kelurahan. Biasanya, hal itu berdasarkan laporan masyarakat ketika ada keluarga kurang mampu dengan tulang punggung seorang perempuan. “Kalau berjalan sudah, tapi memang belum menyeluruh,” terangnya.
Pihaknya sudah merencanakan untuk melakukan pendataan di lapangan. Karena data tersebut, cukup penting sebagai modal melaksanakan program dengan maksimal. “Ya mudah-mudahan bisa terealisasi secepatnya,” tutur dia.
Program tersebut, menurutnya cukup penting guna kesejahteraan masyarakat. Di samping itu bisa mencegah perempuan mengambil jalan yang kurang baik untuk menafkahi keluarganya. “Tapi meskipun begitu, tetap kembali pada pribadinya masing-masing,” katanya.
Perempuan yang menjadi tulang punggung diakibatkan oleh beberapa hal. Di antaranya figur ayah/suami yang menjadi meninggal atau bercerai. “Maka kita juga upayakan pembinaan ketahanan keluarga,” terangnya. (rga)