SUKOHARJO - Virus paham radikalisme terorisme memang tidak mudah dihilangkan. Gejala ini sudah masuk ke dalam berbagai sektor kehidupan berbangsa dan benernegara. Banyak masyarakat rentan dari penyebarannya. Karenanya butuh upaya serius dan bersama untuk menjadikan Indonesia ini terbebas dari virus radikalisme
Direktur Pondok Pesantren Islam Al-MukminNgruki, Sukoharjo, Yahya Abdurrahman mengatakan bahwa negara demokrasi memang memberikan sebuah kebebasan untuk befikir dan berpendapat kepada seluruh warganya. Tapi ia mengungkapkan bahwa kesepakatan bersama terkait NKRI hendaknya dipegang teguh oleh seluruh masyarakat.
”Saya pikir khilafah bisa sejalan ideologi Pancasila, karena khilafah sendiri mengajarkan tentang ketuhanan, tentang keadilan dan kemudian musyawarah persatuan. Dan kalau mau ditafsirkan dengan sesungguhnya itu tidak akan terjadi sebuah perbedaan. Cuma bagaimana kita mamanage saja agar hal itu tidak melewati batas,” ujar Yahya Abdul Rohman.
Menurut Yahya mereka-mereka yang ikut khilafah itu lebih baik dibina dan diarahkan, jangan buru-buru dihakimi. Karena menurutnya hal itu malah akan semakin membangunkan emosionalnya, padahal harusnya yang dibangun kesadarannya dan disinergikan supaya tidak jadi emosional pribadi yang bisa menjadi problem bangsa.
”Kan kita tidak ini ingin seperti itu. Saya pikir masalah-masalah yang terkait dengan ini kan tinggal menyalurkan saja dengan Pancasila yang sudah ada. Sehingga bagaimana masyarakat dan bangsa ini mampu memberikan sebuah penerjemahan Pancasila yang sesungguhnya. Karena kalau Pancasila diterjemahkan dengan sesungguhnya tidak akan terjadi sebuah kontradiksi,” tutur Yahya.
Yahya mengungkapkan bahwa yang terpenting adalah memberi pembinaan kepada mereka yang ikut paham itu. Menurutnya, penting untuk memberi bimbingan, pemahaman, pengertian lalu mengarahkan mereka ini ke arah yang lebih baik.
”Karena perubahan apalagi paham itu tidak bisa dilaksanakan dalam waktu yang singkat, pasti akan membutuhkan waktu, kesabaran. Kemudian pembinaan yang terus menerus berlangsung. Tidak cukup sekali-dua kali selesai kemudian penghakiman setiap saat, jangan seperti itu, nanti malah muncul persoalan lagi,” ucapnya.
Yahya menuturkan bahwa yang harusnya dilakukan adalah memahamkan kebangsaan dengan pemahaman-pemahaman yang sesuai dengan nilai sila-sila dalam Pancasila tersebut. Menurutnya, sila Ketuhanan Yang Maha Esa, seandainya masyarakat ini bisa dipahamkan dengan sesungguhnya, itu tidak akan jadi problem yang sangat berbenturan dengan itu.
”Hanya memang persoalan yang kita hadapi, saat ada isu terkait radikalisme dan khilafah ini kemudian kita menghakimi orang yang membawa isu ini, mestinya kan tidak harus dihakimi, didudukkan, diajak bicara, diajak komunikasi, diajak dialog, nanti kan cair,” terangnya.
Lebih lanjut ia menerangkan bahwa yang seharusnya dilakukan adalah dengan memberikan penjelasan yang secukupnya sampai memberikan sebuah wawasan yang benar dan tepat sesuai dengan kesepakatan-kesepakatan bangsa dan sila-sila yang ada di dalam nilai Pancasila.
”Yang jelas masyarakat yang beragam ini kaperlu komunikasi dan pembinaan secara intens supaya memahami kehidupan bersama dan kondisi yang perlu disikapi bersama. Karena kalau tidak, yang terjadi adalah benturan dimasyarakat. Kita kan prihatin melihatnya, kenapa harus main hakim sendiri, itu kan tidak betul. Nah itu harus pembinaan ke masyarakat bagaimana memahamkan nilai-nilai Pancasila kepada masyarakat. Itu yang selalu saya sampaikan kepada masyarakat,” katanya mengakhiri.