JAKARTA- Petinggi Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Fahri Hamzah menilai, dosa para buzzer yang kerap mendengung di media sosial, memicu pertikaian antar sesama rakyat.
Sementara dosa Presiden, yaitu membuat rakyat bertikai sesama rakyat. Fahri tidak menyebut detail Presiden diapa yang dia maksud.
"Dosa terbesar para buzzer adalah membuat sebagian rakyat berantem sama presiden.. Tapi dosa terbesar presiden adalah membuat rakyat berantem sesama rakyat. presiden negara mana maksudnya ini? " Ucap Fahri dikutip akun twitternya, Selasa (1/9).
Buzzer dan Influencer belakangan ramai dibahas setelah adanya temuan Indonesia Corruption Watch (ICW) soal dana influencer dari pemerintah senilai Rp90 miliar lebih.
Sementara itu, di media sosial, netizen ada yang menyamakan Influencer dan buzzer. Dosen Ilmu Komunikasi Politik Hendri Satrio mengatakan, inflluencer dan buzzer mempunyai dua perbedaan.
Dia menjelaskan, Inflluencer pakai opini pribadi sementara buzzer pakai opini orang.
“Inflluencer beda dengan Buzzer jadi jangan juga buzzer dibilang Influencer, minimal ada 2 bedanya, pertama Influencer mengutarakan opini pribadi, buzzer promo opini orang.” Papar dia.
Hendri menilai, buzzer tidak mempunyai kualitas dalam bersosialisasi di media sosial.
“Influencer lebih pakai otak sementara buzzer cuma pakai jempol,” tulisnya.
“Jadi kalo ada orang ngaku influencer tapi idenya kolektif ya buzzerlah itu,” sambung dia. (dal/fin).