SINJAI - Petani di Kelurahan Sangiasseri, Kecamatan Sinjai Selatan, dipastikan gagal panen. Puluhan hektare sawah mengalami kekeringan.
Salah satu warga setempat, Syakir, suplai air yang minim menjadi penyebab sawah puso. Syakir menyebut persoalan ini tiap tahun terjadi akibat saluran irigasi tak memadai. Padahal, suplai air dari Bendungan Apareng I cukup melimpah. "Air dari bendungan lebih banyak meresap ke tanah, belum lagi banyak saluran bocor," jelasnya seperti dikutip dari Harian Fajar (Fajar Indonesia Network Grup), Minggu, 23 Agustus.
Kondisi ini dikhawatirkan berdampak terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat. Sebab mereka saling berebutan air agar sawahnya dapat teraliri.
"Saya sampai jam 03.00 wita dini hari menunggu air tapi tidak ada juga sampai, ada tetangga sudah adu mulut karena berebutan air," tambahnya.
Dia berharap pemerintah memberikan perhatian khusus atas keluhan masyarakat. Di mengaku berulang kali menyampaikan ke pemerintah kecamatan, namun tak kunjung ditindak lanjuti.
Wakil Bupati Sinjai, Andi Kartini mengungkap jika beberapa tahun sebelumnya telah dianggarkan untuk pekerjaan saluran irigasi di wilayah itu. Namun ada penolakan dari kelompok masyarakat yang meminta ganti rugi pembebasan lahan sehingga tidak dikerjakan. "Waktu pelaksanaan sudah mepet jadi anggarannya dikembalikan," kata mantan Wakil Ketua DPRD Sinjai ini.
Tahun ini kata dia, Pemprov Sulsel telah menganggarkan pembangunan saluran irigasi itu. Hanya saja kembali tidak terealisasi karena anggaran yang disiapkan dialihkan ke penanganan Covid-19. "Kami akan kawal agar dimasukkan dalam APBD Sulsel 2021. (sir/dir)