Mengangkat Derajat UMKM dengan Teknologi

fin.co.id - 17/08/2020, 09:07 WIB

Mengangkat Derajat UMKM dengan Teknologi

Prinsip lain yang ditawarkan Wahyoo adalah kemudahan. Sebab, apa pun yang dilakukan pemilik warung semuanya berbasis aplikasi. Mulai dari belanja, hingga pencatatan utang-piutang.

Di lain pihak, Henri menjelaskan bahwa aplikasi yang ia buat merupakan platform digitalisasi UMKM. Pengguna aplikasi ini adalah anak-anak muda Indonesia yang dapat membantu UMKM go digital. Mereka mengunggah UMKM dengan membuatkan toko online di Titipku.

Titipku membantu UMKM, terutama yang mikro seperti pedagang pasar (konvensional), usaha kaki lima, maupun industri rumah tangga, juga mereka yang berjarak dengan teknologi digital.

“Berkat bantuan anak-anak muda ini, baik yang menjadi Penjelajah atau Jatiper (kurir), memudahkan promosi UMKM,” jelas Henri. “Intinya, Titipku ingin membantu promosi dan marketing UMKM secara digital.”

UMKM yang tergabung dalam Titipku cukup beragam, mulai fashion, kuliner, industri kreatif, hingga pedagang pasar. Tak hanya soal digitalisasi dengan memasukkan mereka ke market place, namun Titipku juga membantu UMKM sesuai dengan kebutuhan mereka.

“Jika mereka butuh modal, kita bisa referensikan ke industri perbankan, koperasi atau Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Jika mereka butuh packaging atau branding, kami juga membantu mereka dalam hal desain secara gratis. Kami ingin membantu UMKM ‘naik kelas’,” tegas Henri.

Melihat peran Wahyoo dan Titipku serta platform digital lain yang terlibat dalam pendampingan terhadap UMKM, Teten optimistis Indonesia akan maju. “Para Pahlawan Digital maupun inovator-inovator muda ini mengabdi untuk bangsa dengan membantu UMKM,” kata Teten.

Bertahan di tengah pandemi

Teten tak menampik persaingan UMKM saat ini cukup sengit. Karenanya, ia menyarankan, kualitas produk maupun cara merespons pesanan itu menjadi penting. Inilah yang perlu terus dikembangkan dan dipertahankan oleh pelaku UMKM.

Menurut Teten, masih banyak UMKM yang tidak memiliki tempat usaha yang bagus. Bahkan sebagian besar melakukan kegiatan usaha di rumah masing-masing. Dengan masuk ke market place, maka permasalahan mereka bisa diselesaikan. “Pada masa Covid-19 ini kita jadi belajar betapa pentingnya jualan secara online,” tegasnya.

Neneng juga sepakat dengan Teten. Dalam kondisi saat ini, terutama di masa pandemi, UMKM harus adaptif terhadap perubahan dan cara menyelesaikan masalah. Di sinilah dibutuhkan pelatihan yang diberikan kepada pelaku UMKM maupun inovator muda.

Neneng mencontohkan pentingnya teknologi dalam mendorong UMKM di masa pandemi. Ia mengungkapkan, di masa pandemi Grab meluncurkan program “Terus Usaha” di 12 kota dengan 20 program digitalisasi. Grab juga bekerja sama 15 kota dan provinsi untuk membantu UMKM.

“Kenapa di 15 provinsi? Karena tak satu pun program yang one size fits all, tak ada satu program yang berlaku untuk semua. Kita sesuaikan dengan kultur kota-kota itu sendiri,” bebernya.

Salah satu program andalan Grab lainnya adalah Grab Accelerator, hasil kerja sama Grab dengan Google. Grab Accelerator merupakan program pendampingan UKM selama dua setengah bulan. Grab juga memberikan iklan gratis pada UMKM yang baru masuk di aplikasi Grab. Dengan demikian, para pengguna dapat mengetahui produk UMKM tersebut.

Pada masa pandemi, sejak Maret hingga Juli, sudah lebih dari 150 ribu merchant baru yang mendaftar di Grab. “Yang paling membanggakan kami adalah lebih dari 32 ribu pedagang pasar seluruh Indonesia jadi digital,” ungkap Neneng.

Admin
Penulis