"Lahan di NTT 80 persen itu semi arid dengan curah hujan sangat rendah. Mimpi besar NTT adalah bisa menjadi lumbung sorgum nasional di tahun 2025," tegas Maria Loretha.
Ditegaskan Maria, tantangan kondisi lahan di NTT yang berbatu, bertanah dan batu karang berpasir tidak mungkin bisa dikerjakan traktor seperti di tempat lain. Namun, tambah Maria, hal itu berhasil dikalahkan masyarakat NTT yang sudah dipelopori sejak lima tahun lalu.
"Kenapa harus sorgum untuk NTT? Karena sorgum bisa menjadi jawaban mengatasi malnutrisi dan gempur stunting di NTT. Sorgum dapat tumbuh dengan baik di kondisi lahan NTT. Banyak sudah penelitian dilakukan baik oleh IPB maupun yang lain dan ada juga dari pengalaman saya pribadi yang merasakan manfaat sorgum," terang Maria.
Saat ini, warga NTT dan Mama Sorgum diberikan bantuan proyek pengembangan sorgum seluas 3000 hektar di 14 kabupaten dari Gubernur NTT Viktor Laiskodat. Mama Sorgum bersama Yaspensel Keuskupan Larantuka yang dipimpin Romo Benyamin Daud Pr sudah memastikan ketersediaan benih dengan varietas baik untuk proyek pengembangan ini.
Sedangkan Indira Chandra Thita Syahrul menegaskan, diversifikasi pangan lokal adalah konsep yang sinergis dan terpadu dengan konsumsi pangan menuju ke arah gizi yang seimbang.
"Karena itu, dibutuhkan sinergi antara kementerian dan kolaborasi dengan semua pemangku kepentingan termasuk Garnita Malahayati NasDem. Tujuannya, untuk terus-menerus mengedukasi masyarakat dan mensosialisasikan potensi pangan lokal kepada seluruh masyarakat," tutup Indira dalam diskusi tersebut.(khf/fin)