News . 30/06/2020, 04:35 WIB
Presiden, lanjutnya, meminta penanganan aspek kesehatan masyarakat menjadi prioritas dalam setiap kebijakan pandemi COVID-19. Selain itu, kebijakan pemulihan sosial dan ekonomi akibat COVID-19 juga harus bisa terakselerasi. "Pendekatan kesehatan sebagai prioritas, dan pendekatan sosial ekonomi keuangan betul-betul bisa terakselerasi dengan baik dan cepat. Kenyataannya ada sektor yang masih lemah," tandasnya.
Mantan KSAD ini juga menegaskan Jokowi siap mengambil risiko dan mempertaruhkan reputasi politik dalam menangani krisis yang menimpa bangsa. "Memang presiden sudah mengatakan akan mengambil risiko. Beliau menegaskan reputasi politik akan saya pertaruhkan," tukasnya.
Soal ancaman reshuffle kabinet, Moeldoko menyatakan hal itu bisa saja dilakukan jika diperlukan. Namun, hal itu merupakan kewenangan atau hak prerogatif kepala negara.
Sementara itu, ahli Hukum Tata Negara, Refly Harun menyindir menteri yang sering tampil di televisi dengan gaya milenial. Pernyataan Refly itu disampaikan dalam video di kanal YouTube Refly Harun bertajuk "JOKOWI GERAH, ANCAM RESHUFFLE!!!". Video tersebut diunggah pada Senin (29/6).
Dalam video berdurasi 23.28 menit ini, Refly awalnya menyampaikan berita terkait pidato Jokowi dalam sidang kabinet paripurna, di Istana Negara pada 18 Juni 2020. "Saya pernah mengatakan bahwa tidak sampai satu tahun, saya bilang nanti bisa dilihat videonya akan terjadi reshuffle kabinet. Karena saya sudah melihat, pada 2014 saja, saya menilai kabinet itu cuma enam," kata Refly.
Menurutnya,kabinet 2014 jauh lebih baik daripada susunan menteri-menteri dan pejabat yang sekarang. Dia merasa para menteri saat ini lebih mementingkan citra di depan publik daripada kinerja. "Kalau menurut saya menteri-menteri sekarang lebih sadar kamera. Banyak sekali talkshow-nya," imbuh Refly.
Ia melanjutkan, "Ada yang sudah bercita-cita ingin menjadi Presiden pula. Ada yang selalu tampil di televisi dengan gaya milenial dan lain sebagainya. Kita tidak tahu apakah program kabinetnya berjalan dengan baik atau tidak," paparnya.
Terpisah, analis sosial Universitas Negeri Jakarta, Ubeidillah Badrun menyebut sikap itu merupakan ekspresi emosional dan kegagalan Jokowi dalam menangani COVID-19.
"Itu sebenarnya ekspresi emosional dari kegagalannya. Sekaligus kekacauanya dalam mengendalikan para menteri dan mengendalikan kondisi ekonomi pada kuartal I dan II/2020 ini yang terkontraksi minus," ujar Ubeidillah dalam keterangan tertulis, Senin (29/6).
Dalam situasi tersebut, lanjutnya, Jokowi harus mengganti menteri yang menjadi beban dan berpeluang menambah kekacauan ke depan. Para menteri itu adalah Menteri Kesehatan, Menteri Sosial, Menkumham, Menteri Ekonomi, dan Menteri Perindustrian.
Menko Kemaritiman dan Investasi serta Menko Perekonomian juga menjadi beban Jokowi yang perlu dievaluasi dan diganti. "Karena sudah ada Perppu Nomor 1/2020 yang sudah jadi undang-undang. Tetapi tidak efektif digunakan dua menko tersebut. Bahkan, keduanya justru membuat kegaduhan. Dari soal TKA, debat terbuka yang gagal, dan juga kegagalan Kartu Prakerja yang di-handle langsung Menko Perekonomian," paparnya.(rh/fin)
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com