SLEMAN - Pandemi corona tidak hanya membawa dampak negatif bagi kehidupan manusia. Namun di sisi lain, wabah virus Covid-19 memunculkan dampak positif bagi alam termasuk laut. Dosen Fakultas Biologi Universitas Gajah Mada, Akbar Reza mengatakan, berkurangnya aktivitas manusia dengan melakukan isolasi diri untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 memberikan waktu bagi laut untuk beristirahat sementara waktu.
“Pandemi memberi waktu bagi laut untuk beristirahat tapi ini sifatnya jangka pendek," katanya dalam siaran pers UGM memperingati Hari Laut Sedunia yang dilakukan secara daring belum lama ini.
Dia mengatakan selama pandemi Covid-19 tidak ada lagi keramaian para wisatawan di berbagai objek wisata perairan tanah air. Hal itu sangat berpengaruh positif pada kondisi laut dan ekosistem di dalamnya. "Tekanan dari aktivitas turis jadi sangat berkurang selama pandemi," katanya.
Tidak adanya aktivitas wisatawan ini juga membawa pengaruh terhadap pengurangan jumlah sampah yang dihasilkan saat berwisata. Selain itu, tingkat polusi suara atau kebisingan dari kapal-kapal laut yang mengangkut wisatawan maupun shipping kapal-kapal besar berkurang.
Dilansir dari Hellenic Shipping News, terjadi pengurangan 17 hingga 18 persen kontainer per pekan di sejumlah pelabuhan baik di Asia maupun Eropa selama bulan Februari dan Maret. Itu terjadi saat sejumlah negara melakukan lockdown yang membuat pergerakan kargo melambat.
Kendati begitu, dia menyebutkan pandemi Covid-19 juga membawa dampak buruk di sektor kelautan. Salah satunya mengakibatkan menurunnya pendapatan aktivitas perikanan terutama skala kecil. "Selama pandemi ini ada kecenderungan peningkatan sampah medis. Banyak sarung tangan dan masker ditemukan di pantai sejumkah negara,"paparnya.
Dampak negatif lainnya adalah terjadi peningkatan penangkapan ikan secara ilegal di beberapa kawasan seperti Natuna dan Raja Ampat.
Meskipun pandemi ini memberikan waktu bagi laut untuk beristirahat, namun Akbar meminta masyarakat untuk tidak melupakan persoalan jangka panjang. Seperti, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, isu perubahan iklim, aktivitas perikanan yang tidak berkelanjutan, peningkatan populasi yang berujung pada peningkatan konsumsi, serta patiwisata yang tidak berkelanjutan. "Setelah pandemi ini apakah kita akan kembali ke kebiasaan yang sebenarnya abnormal?" tuturnya.
Di sektor pariwisata laut, nasib pasar kapal pesiar berada di titik nadir. Hellenic Shipping News melansir, jarak tempuh kapal pesiar jatuh hingga 70,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Hampir rata-rata perusahan pesiar lebih banyak membiarkan kapal yang tersisa berhenti di pelabuhan.
Sementara analisi akuakultur Wildan Gayuh Zulfikar menyebut, bahwa Covid-19 telah mengizinkan laut untuk regenerasi. Namun, di sisi lain memunculkan kekhawatiran pandemi akan memengaruhi aktivitas akuakultur di tanah air. "Saat wabah mulai meluas, kekhawatiran terbesarnya adalah takut jika tidak bisa ekspor produk akuakultur lagi ke China," tandasnya. (fin/tgr)