JAKARTA - Penurunan kinerja ekspor nonmigas di tengah pandemi Covid-19 menjadi perhatian Kementerian Perdagangan (Kemendag). Kondisi ini harus diwaspadai agar jangan sampai terus berlanjut.
"Berdasarkan data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) kemarin, walaupun neraca dagan positif tapi dari sisi ekspor dan impor juga turun. Maka, ini perlu kita waspadai," kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kemendag, Kasan Muhri dalam video daring, kemarin (18/6).
Oleh karenanya, Kemendag telah memiliki skema kebijakan strategis agar penurunan ekspor tidak lebih dalam. Seperti, mengamankan pasar ekspor utama dan memperluas pasar ekspor baru; meningkatkan daya saing, diversifikasi produk ekspor dan fasilitasi perdagangan; menggiatkan promosi ekspor dan penguatan pencitraan Indonesia; kemudian pemanfaatan e-commerce untuk produk domestik.
"Selanjutnya juga akan dilakukan penyederhanaan prosedur ekspor dan kemudahan impor bahan baku/bahan penolong; optimalisasi dan reorientasi peran atase perdagangan; meningkatkan pengamanan perdagangan untuk penyelamatan ekspor di negara tujuan ekspor; serta percepatan penyelesaian perundingan perdagangan internasional," tuturnya.
Tak lupa, lanjut dia, pihaknya juga memperhatikan pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UMKM). Kemendag berkomiten akan terus mendorong agar produk pelaku UMKM bisa bersaing secara global. "Apalagi setelah Covid-19 ini transaksi online signifikan peningkatannya," ucapnya.
Terpisah, ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Ariyo Irhamna mengatakan, penurunan ekspor disebabkan karena melemahnya Rupiah terhadap mata uang Negeri Paman Sam. Namun, ekspor bisa terdongkrak apabila pemerintah Indonesia bisa melakukan diplomasi yang baik dengan negara-negara lain, terutama negara-negara yang menjadi tujuan ekspor produk Indonesia.
"Namun pengembangan ekspor akan efektif jika pemerintah memiliki diplomasi ekonomi yang kuat. Sebab, Covid-19 membuat negara membutuhkan pasokan bahan baku untuk industri atau konsumsi," ujarnya kepada Fajar Indonesia Network (FIN), kemarin (18/6).
Sebelumnya, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus menggenjot kinerja industri manufaktur berorientasi ekspor. Pasalnya, produk pengolahan nonmigas menjadi penopang dalam perolehan nilai ekspor Indonesia.
Melansir data BPS, neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2020 surplus USD2,1 miliar, dengan nilai ekspor USD10,53 miliar dan impor USD8,44 miliar. Nilai ekspor tersebut turun 13,40 persen dibandingkan April 2020, dan anjlok 28,95 persen dibandingkan nilai ekspor Mei 2019. Sedangkan, nilai impor Mei 2020 merosot 32,65 persen dibanding April 2020, dan minus 42,2 persen dibandingkan Mei 2019.(din/fin)