JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi pada 2021 diproyeksikan akan melonjak mencapai 5 persen sampai 6 persen. Ada beberapa indikator penguatan perekonomian Indonesia tahun depan, salah satunya pemulihan ekonomi global setelah anjlok akibat pandemi Covid-19.
"BI memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) atau pertumbuhan ekonomi akan kembali meningkat di posisi 5-6 persen pada 2021. Penguatan ekonomi nasional ini didorong oleh perbaikan ekonomi global, stimulus BI, dan faktor fundamental," kata Gubernu Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, dalam video daring, kemarin (18/6).
Adapun update data perekonomian nasional, Bank Sentral mencatat defisit transaksi berjalan (CAD) mengalami surplus pada Mei 2020, setelah defisit pada April 2020. Selain itu, aliran modal asing lancar ke Tanah Air seiring meredanya ketidakpastian pasar keuangan global dan daya tarik pasar domestik.
Kendati demikian, BI memperkirakan PDB pada kuartal II/2020, masih akan tertekan karena kegiatan ekonomi yang belum berjalan normal. "PDB diperkirakan mulai meningkat lagi pada kuartal III/2020 seiring dengan stimulus fiskal moneter dan pemulihan ekonomi nasional (PEN)," ungkapnya.
BACA JUGA: Solskjaer : Pogba, Salah Satu Gelandang Terbaik Dunia
Ekonom senior Universitas Indonesia Faisal Basri memproyeksi perekonomi domestik akan kembali tumbuh di tahun depan. Hanya saja tidak setinggi yang diprediksi Dana Moneter Indonesia (IMF) di posisi 8,2 persen. Faisal memperkirakan ekonomi tahun depan akan tumbuh 4,9 persen. "Prediksi IMF ada yang aneh seolah-olah Covid-19 akan hilang tiba-tiba dan kehidupan normal kembali. Ya, enggak akan sesingkat yang dibayangkan IMF," kata Faisal.Menurut Faisal, pertumbuhan ekonomi bisa di bawah level 4,9 persen, yakni minus 2 persen sampai 2,5 persen. Namun, apabila penanganan pandemi Covid-19 yang dilakukan pemerintah lamban. Sebab akan memengaruhi terhadap pertumbuhan ekonomi.
Senada, ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Ariyo Irhamna menilai, perbaikan ekonomi di tengah penurunan ekonomi secara global, termasuk Indonesia, rasanya akan sulit pertumbuhan ekonomi seperti yang ditargetkan pemerintah. "Saya tidak melihat recovery akan secepat itu, sebab banyak perusahaan yang masih menghadapi gangguan berusaha akibat dampak Covid-19," ujarnya.
Sebelumnya, The Organization for Economic Co-Operation and Development (OECD) memprediksi pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada akhir 2020 mengalami kontraksi sangat dalam, yaitu -2,5 persen hingga -3,9 persen jika penyebaran virus Corona tidak tertangani secara optimal.
Skenario terburuk OECD, hampir semua mesin pendorong ekonomi Indonesia akan terkontraksi. Adapun konsumsi rumah tangga anjlok hingga -3,1 persen, gross fixed capital formation (pembentuk modal tetap bruto/PMTB) -4,6 persen, dan final domestic demand -2,7 persen.(din/fin)