MAKASSAR - Inflasi Sulsel pada Juni diperkirakan tetap stabil. Momentum Ramadan sudah berlalu, sehingga efeknya tak terasa lagi.
Direktur Kepala Grup Advisory dan Pengembangan Ekonomi Bank Indonesia (BI) Sulsel, Endang Kurnia Saputra mengatakan, inflasi Sulsel Juni ini cukup terkendali. "Nampaknya naik tetapi cenderung stabil," kata Endang seperti dikutip dari Harian Fajar (Fajar Indonesia Network Group), Senin, 15 Mei.
Menurut Endang, andil inflasi Juni ini masih akan tetap sama bulan sebelumnya. Tarif angkutan udara memberi andil inflasi 0,352 persen, bawang merah 0,066 persen, roti manis 0,024 persen, dan ikan layang 0,021 persen.
Sementara komoditas yang mengalami penurunan seperti cabai rawit, gula pasir, dan emas perhiasan yang turun harga sekitar 0,01-0,02 persen.
Ekonomi Unismuh Makassar, Abdul Muttalib menilai, pergerakan inflasi Juni ini pada setiap provinsi dapat dikatakan sama dengan nasional. BI memproyeksi, inflasi nasional pada Juni 2020 akan mengalami penurunan sebesar 0,02 persen lebih rendah pada bulan Mei 2020.
Untuk Sulsel, lanjut Muttalib dengan inflasi pada bulan April 0,42 persen dan Mei 0,50 persen (mtm), maka di prediksi inflasi Juni dengan outlook yaitu 0,46 persen. Sedangkan secara year to year (yoy) pada April 2,53 persen dan Mei 2,37 persen sehingga outlook Juni diperkirakan sebesar 2,45 persen.
"Setelah adanya pelonggaran PSBB akan memicu pergerakan ekonomi dan peredaran uang yang semakin meningkat. Yang berarti demand dan supply komoditas akan mengalami peningkatan dan berpengaruh naiknya inflasi khususnya pada bulan Juli dan Agustus 2020," terangnya.
Sementara itu, nilai tukar rupiah pada perdagangan kemarin ditutup menguat 0,13 persen ke level Rp14.115 per dolar AS, meski mayoritas mata uang Asia melemah.
Sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 1,31 persen ke level 4.816,33. Koreksi dipicu ketakutan investor terhadap ancaman gelombang kedua Covid-19. (tam)