Wabah Bergerak Makin Agresif

fin.co.id - 11/06/2020, 01:53 WIB

Wabah Bergerak Makin Agresif

JAKARTA – Grafik penambahan kasus positif Covid-19 kian masif. Fakta ini dipicu dengan tracing yang kian agresif di tengah-tengah masyarakat. Penambahan kasus tersebut merupakan spesimen yang dikirim oleh Puskesmas atau Dinas Kesehatan di daerah, dan tidak didominasi dari hasil laporan rumah sakit.

”Penambahan kasus positif ini, disebabkan karena tracing yang agresif dilakukan, sehingga bisa kita lihat, bahwa sebagian besar penambahan kasus ini adalah spesimen yang dikirim oleh Puskesmas atau Dinas Kesehatan,” terang Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19, Achmad Yurianto di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Rabu (10/6).

Menurut Yuri, hal tersebut menjadi bukti bahwa tracing yang agresif dapat mendapatkan banyak kasus positif, sehingga upaya isolasi mandiri segera dapat dilakukan agar penyebaran virus dapat dikendalikan. Sebagaimana yang diketahui sebelumnya, bahwa upaya tracing yang agresif tersebut sejalan dengan arahan dari Presiden Joko Widodo sebelumnya.

BACA JUGA: Wakil Wali Kota Tri Adhianto Tinjau Penerapan New Normal di Stasiun Kota Bekasi

”Ini adalah bukti, bahwa memang tracing yang agresif akan bisa menangkap begitu banyak kasus positif dan sudah barang tentu kita akan menginginkan kasus ini kemudian melakukan isolasi dengan sebaik-baiknya secara mandiri, agar tidak menjadi sumber penularan bagi orang lain,” katanya.

Berdasarkan kinerja data yang dilaporkan Gugus Tugas Nasional, diketahui angka penambahan kasus positif masih terjadi dan meningkat. Namun apabila melihat sebaran per provinsi, sebagian besar sudah dalam kondisi stabil.

”Kita bisa melihat, bahwa memang secara keseluruhan kita masih meningkat angkanya, tetapi kalau kemudian kita lihat sebaran per provinsi, sebenarnya sebagian besar provinsi sudah dalam kondisi stabil,” jelas Yuri.

Sebagai informasi, Gugus Tugas Nasional melalui Gugus Tugas Daerah telah melakukan pemeriksaan spesimen sebanyak 17.757 spesimen, sehingga akumulasi yang sudah diperiksa adalah 446.918 spesimen. Dari pemeriksaan tersebut didapatkan kasus positif sebanyak 1.241 orang, sehingga totalnya menjadi 34.316.

Berdasarkan rincian lebih lebih lanjut, penambahan kasus positif terbanyak di 5 provinsi meliputi, Jawa Timur dengan tambahan 273 kasus konfirmasi positif dan 97 sembuh, Sulawesi Selatan 189 dan melaporkan 53 sembuh, DKI Jakarta 157 orang dan melaporkan 146 sembuh.

BACA JUGA: Apel Pagi Para Kepala OPD, Evaluasi Pencegahan Pandemi Covid-19 di Kota Bekasi

Selanjutnya, Jawa Tengah meningkat 139 orang dan melaporkan 118 orang sembuh, Kalimantan Selatan 127 orang positif baru dan 10 orang sembuh. Sementara dari catatan yang masuk, ada 15 provinsi yang melaporkan kenaikan di bawah 10, dan ada 6 provinsi yang hari ini tidak melaporkan ada kenaikan sama sekali.

”Sebagai contoh Sumatera Barat, hari ini naik 14 pada angka yang kita bisa prediksikan, dengan kesembuhan 28. Kemudian, ada beberapa provinsi yang lain, sebagai contoh Gorontalo hari ini ada 6 kasus, tetapi 7 dilaporkan sembuh,” terang Yuri.

Hal itu sekaligus menjadi kabar yang baik bahwa daerah-daerah yang lainnya sudah mulai bisa mengendalikan Covid-19 dengan baik. ”Sudah barang tentu inilah peran serta masyarakat keseluruhan,” kata Yuri.

Selain kasus positif, Gugus Tugas Nasional juga melaporkan pasien sembuh menjadi 12.129 setelah ada penambahan sebanyak 715 orang. Selanjutnya untuk kasus meninggal bertambah 36 orang sehingga totalnya menjadi 1.959. ”Ada 424 kabupaten/kota yang terdampak di 34 provinsi. Pasien yang kita awasi, yang kita tetapkan sebagai PDP adalah 14.242 orang, sementara ODP, 43.945 orang,” terang Yuri.

Sementara itu Tim Komunikasi Publik, Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Dokter Reisa Broto Asmoro kembali mengingatkan protokol jaga jarak atau physical distancing dapat menurunkan risiko penularan Covid-19 hingga 85 persen.

BACA JUGA: Jelang Muswil PAN Lampung, Muncul Sederet Nama

Menurut hasil penelitian, sambung dia yang diterbitkan oleh jurnal ilmiah Lancet. Dalam jurnal tersebut disebutkan bahwa jarak yang aman adalah 1 meter dari satu orang dengan orang lain.

”Ini merupakan langkah pencegahan terbaik bisa menurunkan risiko sampai dengan 85 persen,” imbuh Reisa di tempat yang sama.

Protokol jaga jarak sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran COVID-19 paling efektif menurunkan transmission rate atau angka penularan. Terutama, ketika berada di ruang publik, seperti transportasi umum.

Sebagaimana yang diketahui bahwa virus SARS-CoV-2 menular atau ditularkan melalui droplet atau percikan air liur. Maka dalam hal ini Dokter Reisa juga menyarankan agar masyarakat tetap menggunakan masker saat harus keluar rumah, terutama apabila menggunakan layanan transportasi publik.

”Virus corona jenis baru penyebab COVID-19 menular melalui droplet atau percikkan air liur, maka wajib semua orang menggunakan masker, terutama ketika menggunakan transportasi,” jelasnya.

Admin
Penulis