MAKASSAR - Rapid test yang gencar dilaksanakan Gugus Tugas Covid-19 harus dilanjutkan. Bagi warga yang reaktif, segera dilakukan swab untuk keakuratan.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Unhas, Prof Idrus Paturusi mengatakan, rapid test pada dasarnya adalah metode standar pemeriksaan. Hasil pemeriksaan rapid test tingkat keakuratan rendah.
Hanya saja, menjadi metode yang efektif untuk melakukan pemetaan secara tepat dan hasilnya bisa segera diketahui.
Ketika hasil rapid test ada yang reaktif, maka harus dilanjutkan dengan metode swab test. Tingkat akurasi swab lebih tinggi, sehingga hasil pemeriksaan lebih tepat.
''Kalau sudah jelas ada hasil reaktif, maka segera swab test. Agar ada kejelasan dan bisa dilakukan tindakan lanjutan,'' ungkap Idrus saat mengisi diskusi virtual Usir Virus Saat Memasuki New Normal, Senin, 8 Juni.
Dia juga meminta agar warga bisa bekerja sama membantu pemerintah. Jangan lagi ada penolakan yang dilakukan. Biarkan gugus tugas bekerja.
Adapun terkait penolakan banyak warga untuk melakukan rapid test, dia meminta tidak dibiarkan. Harus ada upaya aktif pemerintah.
''Perlu ada kerja sama dengan pemerintah setempat untuk ikut aktif memberikan edukasi dan mengajak warga untuk tidak takut melakukan rapid test,'' tegasnya.
Apalagi biaya yang dikeluarkan pemerintah cukup banyak. Akan sia-sia semua usaha jika penolakan warga berlanjut.
''Saya dokter dan pernah jadi pasien Covid-19. Jangan takut. Mari dukung pemerintah untuk rapid test,'' ajaknya.
Idrus juga meluruskan anggapan bahwa yang tidak memiliki penyakit bawaan atau terlihat sehat bisa tahan terhadap Covid-19.
''Ada atlet yang kena. Ada anak muda yang meninggal karena terkena virus Covid-19, padahal terlihat sehat. Maka tidak benar kalau mengatakan terlihat sehat lebih aman,'' tegasnya. (abd/rif)