Pemulihan Ekonomi Berbasis Syariah Hadapi Dampak Pandemi Covid-19

fin.co.id - 09/06/2020, 00:00 WIB

Pemulihan Ekonomi Berbasis Syariah Hadapi Dampak Pandemi Covid-19

JAKARTA - Pandemi Virus Corona (Covid-19), memukul berbagai aspek kehidupan. Sektor perekonomian paling terdampak oleh wabah mematikan ini.

Pemerintah memang telah menetapkan anggaran penanganan Covid-19 sebesar Rp 75 triliun. Anggaran tersebut bagian dari alokasi dana Rp 405,1 triliun dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) Kebijakan Keuangan dan Stabilitas Sistem Keuangan.

Namun, tetap saja dampak Covid-19 terhadap perekonomian nasional, masih sangat mencemaskan. Butuh waktu panjang untuk recovery dan kembali menjalankan berbagai program pembangunan yang kini praktis terhenti.

Menurut anggota Komisi VI DPR RI, Muhammad Rapsel Ali, bukan pekerjaan mudah untuk mengembalikan efek yang sudah ditimbulkan. Namun, sedikit demi sedikit upaya pemulihan harus digalakkan untuk kemaslahatan bersama.

"Salah satu upaya pemulihan dampak pandemi Covid-19 ini adalah penguatan Ekonomi berbasis syariah," kata politisi asal partai Nasional Demokrat tersebut.

Dengan ekonomi berbasis syariah, bisa berkontribusi menjadi sumber pertumbuhan dan meningkatkan struktur neraca transaksi berjalan.

"Konsep penguatan ekonomi berbasis syariah perlu didorong sebagai upaya nyata pemulihan dampak Covid-19," terangnya.

Bagi Rapsel, sistem perekonomian syariah diyakini dapat menjadi alternatif meredam berbagai kelemahan yang ada dalam sistem perbankan konvensional. Pasalnya, sistem ekonomi syariah mempunyai daya resistansi yang kuat terhadap krisis keuangan global seperti sekarang.

Dengan penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia harusnya menjadi pelopor ekonomi syariah dunia. Faktanya, kita masih jauh tertinggal, bahkan dari negara yang tidak memiliki latar belakang budaya dan agama Islam.

Aset perbankan syariah Indonesia masih berada di bawah negara seperti Inggris misalnya. Bahkan, Singapura dan Hongkong sangat berambisi ingin menyematkan titel pusat keuangan dan perbankan Islam di Asia Pasifik.

Makanya, ide merger bank-bank syariah menjadi satu Bank Syariah BUMN kembali digaungkan oleh politisi asal Sulawesi Selatan ini. Dengan setiap bank mengembangkan konsep syariah secara parsial seperti sekarang, tak mampu menjadi kekuatan besar dengan modal besar untuk bersaing dengan bank konvensional.

“Harus ada holding yang menaungi. Tak perlu banyak, tapi cukup satu, Bank Syariah Indonesia. Ini kekuatan besar yang langsung mengangkat Indonesia sebagai kekuatan baru ekonomi syariah di dunia,” ulas Rapsel.

Admin
Penulis