Olahraga Pun Harus Pakai Protokol Kesehatan

fin.co.id - 05/06/2020, 05:50 WIB

Olahraga Pun Harus Pakai Protokol Kesehatan

Pesawat milik maskapai Citilink terdampak abu vulkanik erupsi Gunung Ruang di Bandara Sam Ratuangi, Manado, Sulawesi Utara

DADAHA - Fasilitas dan sarana yang terdapat di Kawasan Olahraga Dadaha baru boleh digunakan untuk jogging. Klub olahraga yang biasa menggunakan sarana prasarana GOR dan lapangan pun, harus menyertakan kesanggupan pelaksanaan protokol kesehatan. Ketika hendak menggunakan fasilitas yang ada.

“Baru sebatas untuk jogging di lingkar stadion dan klub yang mau latihan harus sertakan kesiapan protokol kesehatan,” ujar Kepala UPTD Dadaha Gumilang Herdis kemarin.

Selain GOR, gedung kesenian pun sama. Tidak diperkenankan menggelar kegiatan yang mengundang massa dalam jumlah besar. Adapun penggunaan gedung untuk berlatih, tidak boleh memaksimalkan kapasitas gedung. “Sejauh ini belum ada ajuan untuk kegiatan di sana. Pementasan, pertandingan belum dibolehkan. Latihan pun diwajibkan pakai protokol kesehatan dan tidak dalam jumlah banyak,” kata Gumilang.

Untuk itu, pihaknya setiap sore berkeliling mengawasi masyarakat yang beraktivitas di area Dadaha. Termasuk aktivitas perdagangan yang tersebar di sejumlah titik. “Bahkan dari PPWKD, kalau ingin jualan tidak bisa lebihi kapasitas biasanya. Misal 700 pedagang, yang boleh 200 saja dan jaraknya diatur, wajib kenakan masker dan sarung tangan,” ucap dia.

Apabila kegiatan masyarakat di Dadaha dinilai mengganggu atau memicu potensi penyebaran Covid-19, pihaknya siap untuk membubarkan. Menghentikan aktivitas klub atau cabang olahraga yang berlatih, apabila melanggar ketentuan dan dikeluhkan. “Kami akan undang klub atau cabang olahraga yang hendak melaksanakan latihan. Diminta untuk siapkan pernyataan kesanggupan protokol kesehatan, apabila melanggar akan kami tegur dan bisa sampai dihentikan latihannya,” sambung Gumilang menegaskan.

Menurutnya, dalam menyediakan sarana cuci tangan, UPTD terkendala anggaran. Namun, sudah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan supaya penyediaan washtafel portabel bisa dilaksanakan.

“Kita harap ini bisa disediakan, kita dilematis juga karena menganjurkan protokol kesehatan tapi tidak disediakan dan dimudahkan,” keluhnya.

Sarana cuci tangan terbatas anggaran. Belum ada, tapi kami berupaya ke Dinkes koordinasi supaya adakan wasthafel portabel. “Alhamdulillah respons warga sekitar Dadaha positif atas upaya ini. Kita harap siapa pun yang berkegiatan dapat memaklumi dan sadar dalam mengikuti upaya ini,” harap Gumilang.

Di sisi lain, salah seorang pengunjung Dadaha, Yandi Kusyandani (38), mengatakan upaya tersebut sangat logis dalam menekan potensi penyebaran wabah Covid-19. Di samping, saat ini Kota Resik belum benar-benar steril dari Covid-19. “Asal diatur dan diawasi supaya tidak ada yang bandel. Boleh beraktivitas asal sadar diri dan patuhi ketentuan,” ujarnya.

Pengunjung lainnya, Ade Himatul (43), menyarankan pemerintah melakukan patroli sore atau malam hari. Sebab, tidak menutup kemungkinan terjadi kerumunan di jam tertentu. Terutama dilakukan oleh kalangan muda-mudi. “Awasi dengan serius. Supaya asas keadilan terpenuhi, kalau siang dilarang malam pun harus sama,” pintanya. (igi)

Admin
Penulis