Pengakuan Gian Piero Gasperini Terkait Covid-19

fin.co.id - 01/06/2020, 10:00 WIB

Pengakuan Gian Piero Gasperini Terkait Covid-19

BERGAMO — Pelatih Atalanta, Gian Piero Gasperini membuat pengakuan mengejutkan terkait virus corona. Ia mengaku merasakan dirinya terpapar COVID-19 pada hari pertandingan Liga Champions melawan Valencia.

Bergamo adalah salah satu pusat pandemi di Italia dan banyak ahli menyebutkan bahwa pertandingan babak 16 antara Atalanta dan Valencia di San Siro sebagai salah satu penyebab utama penyebaran penyakit mematikan ini di Italia dan Spanyol.

Itu cukup masuk akal mengingat meledaknya jumlah kasus positif di kedua negara pasca pertandingan itu. Bahkan, skuat Valencia yang saat itu kembali ke Spanyol mengklaim hampir separuh anggota rombongan mereka yang datang ke San Siro terkena COVID-19 usai pemeriksaan. Hal tersebut membuat leg kedua akhirnya terpaksa dilangsung di stadion tertutup dan Valencia harus mengakui keunggulan Atalanta yang berstatus debutan Liga Champions.

Pada saat laga di San Siro sendiri, ada 40.000 lebih warga Bergamo yang datang untuk memberikan dukungan kepada Atalanta. Setelah itu, mereka kembali dan bergabung dalam perayaan untuk hasil bersejarah dimana mereka menang 4-1 atas Valencia.

Menurut Gasperini, saat itu, kondisinya begitu buruk. “Saya merasa sakit sehari sebelum pertandingan Valencia, kemudian pada sore hari pertandingan saya merasa lebih buruk. Jika Anda melihat gambar-gambarnya, saya tidak terlihat bagus di bench. Itu 10 Maret,” kata Gasperini kepada La Gazzetta dello Sport.

Pasca pertandingan, pelatih veteran itu menceritakan bagaimana ia begitu tersiksa meskipun tidak muncul gejala. “Dua malam sesudahnya, saya tidak bisa tidur nyenyak. Saya tidak demam, tetapi saya merasa seperti itu,” bebernya.

Kondisi Bergamo juga membuat situasinya semakin menakutkan. “Setiap dua menit, ambulans akan lewat, karena ada rumah sakit di dekat tempat pelatihan. Itu terdengar seperti zona perang,” jelasnya.

Meski demikian, Bergamo tetap bertahan dan tidak memeriksakan dirinya ke rumah sakit. “Pada malam hari saya akan berpikir, apa yang akan terjadi pada saya jika saya pergi ke rumah sakit itu? Saya tidak bisa pergi sekarang, masih banyak yang harus saya lakukan,” tuturnya.

Ia mengakui keputusan itu sangat berisiko. “Itu merupakan lelucon bagi saya untuk meringankan suasana, tetapi di sisi lain, saya benar-benar memikirkan hal itu. Kemudian, pada hari Sabtu 14 Maret, saya menjalani sesi latihan terberat selama bertahun-tahun. Tapi, saya merasa kuat, luar biasa,” ungkap Gasperini.

Salah satu gejala COVID-19 adalah kehilangan rasa. Dan Gasperini mengaku ia mengalaminya. Ketika tim menerima makanan dari seorang koki bintang Michelin yang merupakan penggemar Atalanta, ia mencicipinya dan merasa hambar. “Makanannya terasa seperti roti. Saya benar-benar kehilangan indera perasa,” jelasnya.

Gasperini mengungkap, dirinya tinggal di tempat latihan di Zingonia selama tiga minggu. Ketika kembali ke rumahnya di Turin, ia selalu menerapkan jarak sosial dengan istri dan anak-anaknya.

“Karena saya tidak pernah mengalami demam, saya tidak melakukan tes swab, tetapi 10 hari yang lalu tes darah mengkonfirmasi saya menderita COVID-19. Saya memiliki antibodi, tetapi itu tidak berarti saya sekarang kebal,” katanya.

Bergamo memberikan citra pandemi yang paling menghantui di Italia. Konvoi truk militer yang membawa peti mati untuk dikremasi ke kota-kota lain terlihat hampir setiap malam pada Maret dan April. Itu karena fasilitas kremasi mereka sudah tidak dapat mengimbangi tumpukan tubuh yang terus bertambah.

“Ada kesedihan yang dalam dan bermartabat di kota ini. Udara kental dengan itu, Anda merasakannya di mana-mana, di jalan, di mata orang-orang, di bar dan restoran yang tertutup, dalam keheningan anggota staf saya yang kehilangan ayahnya,” ujarnya dikutip dari Football Italia.

“Butuh bertahun-tahun untuk benar-benar memahami apa yang terjadi, karena ini adalah pusat dari tragedi itu. Setiap kali saya memikirkannya, ini terasa sangat tidak masuk akal: puncak kegembiraan olahraga bertepatan dengan kedalaman keputus-asaan bagi Bergamo,” lanjutnya.

Admin
Penulis