News . 01/05/2020, 14:28 WIB
Kedua, kiamat kecil yang ditandai dengan kematian seseorang, yang akhirnya berupa catatan (track record) seseorang. Ketiga, kiamat Sugro yang juga dapat terjadi dalam kehidupan setiap orang jutaan bahkan milliaran kali.
Kiamat Sugro sesungguhnya terjadi perdetik pada kehidupan seseorang, yang berarti ‘yaumul hisab’ berlangsung sepanjang hidup. Sebab, ‘yaumul hisab’ bermakna akhir dari setiap tindakan, sementara ‘yamul hisab’ di akhirat merupakan perhitungan atau laporan akhir dan abadi.
Karena itu Prof. Yudian menekankan bahwa seharusnya umat Islam tidak semata berorientasi pada masa depan ‘akhirat’ yang kekal semata.
Tetapi harus juga memegang prinsip bahwa masa depan ada di depan mata, masa depan harus lebih baik dari hari ini dan kemarin. Yang akhir harus lebih baik dari yang awal, harus husnul khotimah dalam setiap catatan sejarah hidupnya.
Dalam hubungan ini Yudian kemudian memberi contoh dalam meraih tingkat pendidikan. Pencapaian gelar Doktor bagi seorang dosen merupakan hal yang sangat baik, namun demikian tidak lantas berhenti disitu, harus terus ditingkatkan misalnya menjad professor, menduduki jabatan struktural seperti dekan dan rektor.
Untuk bisa mencapai hal tersebut mesti membuat parameter pencapaian yang terukur dan usaha yang sungguh-sungguh, serta diikuti dengan doa guna meminta pertolongan kepada Allah SWT.
Kata kuncinya adalah sabar yang merupakan proses alamiah, sunnatulloh yang berlaku secara universal, absolut, abadi, objektif, eksperimental bagi seluruh makhluk dan ummah manusia, bukan eksklusif bagi ummat Islam, tapi bersifat ‘rahmatan lilalamin’.
Sabar berlaku bagi siapapun dan apapun juga, baik alam hewani dan nabati. Karena itu tumbuh-tumbuhan membutuhkan proses. Semua makhluk tunduk pada hukum ciptaan-Nya
Selanjutnya di tengah Covid-19 saat ini, Yudian meyakinkan bahwa dengan terjadinya peristiwa Covid-19 tidak berarti bahwa Tuhan membenci dan meninggalkan bangsa Indonesia, apalagi membenci para pemimpin negara dan pemerintahan.
Sesuai sila pertama dalam Pancasila, keyakinan pada kekuasaan Tuhan harus dipegang teguh oleh bangsa ini. Sebab, lewat Surat Adduha ini Allah SWT menjanjikan ‘akhirat’ lebih baik daripada ‘ula’, keadaan di masa depan akan lebih baik setelah Covid-19. Bangsa Indonesia akan menjadi bangsa besar.
Karena itu untuk mencapai masa depan yang lebih baik perlu persiapan, misalnya ketersediaan infra struktur ekonomi. Prof. Yudian melihat bahwa Pemerintah telah melakukan usaha-usaha ke arah itu.
Bahwa terdapat kekurangan dan berbagai kritik dari beberapa kalangan dapat dimaklumi mengingat bangsa Indonesia adalah bangsa besar dan heterogen.
Dalam konteks Covid-19 pula, Yudian menyampaikan usaha-usaha konkret yang dilakukan BPIP dalam menangani Copid-19, baik secara individu mauoun kelembagaan secara bergotong royong.
Sebagai individu, para pegawai BPIP sudah bergerak menyisihkan gajinya untuk disumbangkan. Secara kelembagaan, BPIP bersama MPR telah bergotong royong menginisaisi kegiatan penggalangan dana melalui kitabisa.com dan Telkomsel.
Baca juga: BPIP Bumikan Pancasila di BSSN
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com