News . 01/05/2020, 14:28 WIB
JAKARTA - Untuk kedua kalinya selama Ramadan 1441 H, Direktorat Sosialisasi Komunikasi dan Jaringan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan kegiatan ngabuburit berupa tausiah dan diskusi publik secara daring “Jumat Bersama BPIP.”
Tema yang diangkat dalam diskusi daring kali ini yakni ”Membangun Masa Depan: Perspektif Adduha”. Bertindak sebagai nara sumber adalah Kepala BPIP Yudian Wahyudi, dan moderator Direktur Pengkajian Materi BPIP, Muhammad Sabri.
Baca juga: ”Habis Pandemi Terbitlah Terang” Ada Kartini Dalam Dialog BPIP
Adapun peserta diskusi publik adalah anggota masyarakat yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia dan luar negeri yaitu dari Taiwan.
Dalam pengantar diskusi, Direktur Sosialisasi Komunikasi dan Jaringan, Aris Heru Utomo, selaku tuan rumah menyampaikan bahwa surat Adduha yang terdiri dari 11 ayat dan diturunkan di Mekkah ini sangat menarik didiskusikan agar secara bersama-sama bisa melihat cara pandang dalam menentukan masa depan.
https://www.youtube.com/watch?v=NevZ5zcGH2s
Adduha yang secara harfiah dimaknai sebagai waktu matahari sepenggalan naik sangat terkait dengan apa yang diingatkan Allah SWT dalam surat tersebut bahwa masa depan lebih baik daripada sekarang. ”Makna ayat ini tersirat dalam QS. Ad Dhuha, Walal akhiratu khairul laka minal ula,” tuturnya.
Mengawali tausiah dan diskusi, Yudian menyampaikan bahwa tema diskusi kali ini tidak terlepas dari konteks kekinian, terutama dalam menghadapi Copid-19.
Melalui pembahasan seperti ini, makna hidayah dari surat ini dapat dirasakan, tidak hanya dalam arti teologis atau aqidah tetapi dalam semua aspek kehidupan. Sebab, selama ini terjadi pemaknaan yang cenderung reduksionis karena dibatasi pada lingkup aqidah semata.
Padahal surat ini memiliki makna Rahamatan lil’alamin, bermanfaat bagi semua kalangan, bukan hanya yang beragama Islam saja.
Baca juga: Ketua MPR RI Terima Kepala BPIP
Yudian kemudian menyampaikan asbabun nuzul QS Ad Dhuha yang berhubungan dengan peristiwa saat terjadinya keterputusan wahyu, yakni wahyu tidak kunjung datang beberapa waktu, sementara Nabi Muhammad SAW sangat mengharapkan turunnya wahyu dari Allah SWT.
Melalui Surat Adduha, Allah SWT meyakinkan Nabi bahwa masa depan jauh lebih baik daripada masa sekarang. Kata akhiratu dalam QS Ad Dhuha ayat 4 tersebut banyak diartikan sebatas akhirat, tetapi secara lebih jauh bisa dimaknai sebagai masa depan dilihat dari asbabun nuzulnya, yakni sebab atau latar belakang turunnya ayat.
“Kata akhiratu di ayat ini kan dilawankan dengan ula atau yang pertama (awal), bukan dunya (dunia). Makanya, saya cenderung mengartikan kata akhiratu ini sebagai masa depan. Kehidupan ini berjalan terus,” terangnya.
Yudian menambahkan, masa depan dalam Islam itu ada tiga kategori. Pertama, masa depan akhirat sesudah terjadinya kiamat Kubro, dan hanya Allah SWT saja yang mengetahui kapan waktu itu tiba.
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com