News

Disaat Krisis Wabah Covid-19, PSI Minta Pemerintah Transparansi Data

fin.co.id - 30/04/2020, 18:58 WIB

Pesawat milik maskapai Citilink terdampak abu vulkanik erupsi Gunung Ruang di Bandara Sam Ratuangi, Manado, Sulawesi Utara

BANDUNG – Disuasana krisis wabah covid-19 ini, transparansi data atau keterbukaan informasi sangat dibutuhkan sehingga semua stakeholder (termasuk rakyat) bisa ikut mengawasi dan mengawal kebijakan pemerintah. Ketua DPW Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Jawa Bara Furqan AMC menyampaikan keterbukaan informasi juga untuk menjaga trust rakyat terhadap pemerintah, juga trust antar instansi pemerintahan maupun antar rakyat sendiri.

Seperti soal bantuan yang terus digaungkan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil bahwa ada 9 macam pintu bantuan, ada bantuan untuk PKH (Program Keluarga Harapan), Kartu Sembako, Bansos Presiden Bodebek, Kartu Prakerja, Dana Desa, Bansos Tunai, Bansos Provinsi, Bansos Kabupaten/Kota dan Bantuan Makan/Nasi Bungkus. Setiap kepala keluarga yang berhak, hanya bisa mendapatkan bantuan dari salah satu pintu bansos yang ada.

Beragamnya program bantuan di atas, juga besarannya bervariasi, serta waktu distribusi yang tidak sama, semakin meningkatkan urgensi pentingnya kerterbukaan data bantuan sosial yang ada. Emil sendiri merilis di twitter Rabu (29-04-2020), terdapat 1,7 juta penerima bansos Jabar yang invalid alias ngaco.

“Sementara di lapangan tidak sedikit pertanyaan muncul di tengah-tengah masyarakat, kenapa yang satu sudah menerima sementara yang lain belum. Kenapa besarannya tidak sama dan lain sebagainya. Bahkan ada bantuan yang akhirnya ditolak warga karena khawatir memicu kecemburuan,” jelas Furqan.

“Jika berbagai pertanyaan yang muncul di tengah-tengah masyarakat tersebut tidak segera dijawab dengan tranparansi data, maka situasi distrust bisa berkembang sedemikian rupa dalam suasana krisis saat ini, dan itu bisa membahayakan kohesivitas sosial,” paparnya lagi.

Masih kata Furqan soal transparansi ini juga ditekankan oleh KPK dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi III DPR-RI yang disiarkan langsung di akun Youtube DPR, Rabu (29/03/2020). Bantuan harus tepat guna, tepat jumlah dan tepat sasaran. Karena itu aspek penganggaran, distribusi maupun kuantitas dan kualitas bantuan yang diterima masyarakat harus diawasi.

Ada tiga kategori penyimpangan yang bisa terjadi kata Firli Bahuri Ketua KPK, pertama, bansosnya atau sumbangannya menjadi fiktif; kedua, eror, ketiga tentang kualitas dan kuantitas yang bisa berubah. Dengan transparansi data bansos kita berharap, penyimpangan baik sengaja maupun tidak, bisa dicegah. Penyimpangan dalam bentuk apapun dalam suasana krisis saat ini bisa memicu konstraksi sosial yang bersifat disosiatif.(kai)

Admin
Penulis
-->