JAKARTA - Para pemerhati pendidikan menyatakan, bahwa program belajar dari rumah yang sudah berlangsung hampir satu bulan ini dinilai belum ideal. Dalam prakteknya, guru terkesan hanya memindahkan pelajaran di sekolah ke rumah masing-masing siswa.
Penggiat Pendidikan Sekolah Tanpa Batas Lody Paat, menilai banyak guru tak memahami konsep belajar dari rumah secara daring. Menurutnya, pembelajaran daring hanya menjadi ajang bagi-bagi tugas dari guru kepada murid.
"Belajar di rumah dengan memberi tugas itu bukan belajar yang autentik," kata Lody, Rabu (22/4)
Dari kasus tersebut, Lody menduga banyak guru dan dosen tak mengerti penggunaan teknologi pembelajaran melalui digital.
"Boleh jadi, mereka juga malas belajar mendalami teknologi guna memaksimalkan pembelajaran jarak jauh (PJJ)," ucapnya.
Lody menyarankan, ada program khusus terkait belajar jarak jauh. Ini guna mencegah pola belajar daring yang sama dilakukan berulang selama pandemi virus korona (covid-19).
"Konsep pembelajaran yang autentik harus tetap terjaga, yakni menghasilkan kemandirian," ujarnya.
"Belajar itu tidak bisa berdiri sendiri. Harus dibarengi dengan mengajar. Itu harus dipahami program Belajar di rumah," imbuhnya.
Terlebih lagi, Lody juga melihat ada kekeliruan terhadap konsep belajar daring di tingkat perguruan tinggi. Seperti contoh, dosen bisa memberi tugas malam hari, dan harus dikumpulkan dini hari.
"Bayangkan seorang mahasiswa diberikan tugas oleh dosennya jam 8 malam, jam 1 pagi harus diserahkan," ungkpanya.
Senada, pengamat pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Jimmy Paat mengatakan, banyak proses belajar daring yang hanya pemberian tugas-tugas tanpa ada proses belajar mengajar.
"Proses belajarnya tidak diikut sertakan. Sedangkan mengajar apa dan siapa yang diajar itu tidak terjadi, hanya kasih tugas walaupun ada buku," kata Jimy.
Sementara itu Guru Madrasah Aliyah Mathla'ul Anwar Lebak, Haetami mengatakan, kondisi ini harus segera diubah agar proses belajar di rumah tidak hanya terpaku pada nilai.
"Akibatnya, guru hanya memberi tugas-tugas untuk mendapatkan nilai dari muridnya, tetapi tidak ada proses belajarnya," katanya.
"Memindahkan buku tugas, dinilai lalu anak mendapatkan angka. Ini harus diubah sama-sama," sambungnya.