Lewat aplikasi itu pemakai gelang juga bisa minta bantuan BNPB. Misalnya kalau ia merasakan tanda-tanda sakit. Tinggal klik satu tanda di aplikasi di ponselnya. Ia bisa dijemput ambulans oleh BNPB.
Dalam hal ini Babel keren-top. Aplikasi ini jauh lebih bermanfaat dari yang sudah diluncurkan itu --entah proyek atau gratis. Saya pernah bertanya kepada beberapa teman: apakah mau menggunakan aplikasi yang dari pusat itu. Beberapa teman merasa takut --terutama keamanan rekening bank mereka.
Alghozi hanya SD di Bangka. "Saya dianggap nakal. Tamat SD dikirim ke Tasikmalaya. Diikutkan bibi," ujar Alghozi.
Ia kembali ke Bangka untuk sekolah SMA --di SMAN 3 Pangkal Pinang.
Setamat SMA ia ke Bandung. Masuk Politeknik Padjadjaran. Jurusan Perhotelan. Di situ hanya setahun. Merasa hatinya tidak cocok.
Passion -nya ternyata di dunia digital. Ia masuk D-3 STT Telkom (Telkom University) juga di Bandung. Ia pilih Jurusan Informatika.
"Saya kuliah sambil cari uang," ujar Alghozi. Ia tidak sampai hati meminta kiriman uang dari ayahnya.
"Waktu semester 5 saya ng-Gojek," katanya.
"Berarti saat itu sudah punya sepeda motor?" tanya saya.
"Motornya teman. Ada perhitungannya," katanya.
Selain itu Alghozi jualan donat. Ke asrama-asrama mahasiswa.
"Orang tua Anda tahu?" tanya saya.
"Tidak tahu. Ayah tahunya kuliah saya lancar," katanya.
Tahun lalu Alghozi tamat D-3. Anak nakal ini pun sudah bisa membuat beberapa program komputer. Ia menyebut beberapa nama program, tapi saya gagal memahaminya.
Begitu tamat, Ghozi melihat --di aplikasi lowongan-- ada perusahaan mencari tenaga kerja: PT Kolega Coworking Indonesia, Jakarta.