Awas, 3 Juta Orang Siap Mudik

fin.co.id - 21/04/2020, 09:15 WIB

Awas, 3 Juta Orang Siap Mudik

Pesawat milik maskapai Citilink terdampak abu vulkanik erupsi Gunung Ruang di Bandara Sam Ratuangi, Manado, Sulawesi Utara

JAKARTA - Imbauan pemerintah agar tidak mudik lebaran, nampaknya tidak mempan. Sekitar 3 juta orang diprediksi memilih tetap pulang kampung pada 24 sampai 30 Mei 2020 mendatang. Setidaknya itulah gambaran dari hasil riset yang dirilis Lembaga Survei Katadata Insight Center (KIC).

"Sebanyak 12 persen responden survei memilih mengabaikan imbauan Pemerintah untuk tidak mudik. Mengingat jumlah pemudik tahun lalu sebesar 18,3 juta orang, maka diperkirakan pada tahun 2020 ini, potensi pemudik mencapai tiga juta orang. Jadi penting diperhatikan mereka yang menyatakan akan mudik dari hasil survei ini," tegas Direktur lembaga KIC, Mulya Amri Mulya di Jakarta, Senin (20/4).

Seperti diketahui, Pemerintah mengimbau masyarakat untuk tidak mudik tahun ini. Tujuannya supaya penyebaran Virus Corona tidak semakin meluas ke sejumlah daerah. "Atas dasar itulah, KIC menggelar survei guna mengungkap profil masyarakat yang berpotensi nekat mudik mengabaikan imbauan Pemerintah tersebut," imbuhnya.

BACA JUGA: Bukan Pertanda Gempa, Tapi Tetap Waspada

Profil calon pemudik tersebut tercermin dari hasil survei itu. Survei terhadap 2.437 responden pengguna internet di seluruh provinsi di Indonesia tersebut mencatat mayoritas responden sebesar 63 persen tidak akan mudik Lebaran tahun ini. Namun, masih ada 12 persen responden menyatakan ingin mudik. Sementara 21 persen belum mengambil keputusan. Sebanyak 4 persen lainnya sudah lebih dahulu pulang kampung.

Survei mengungkap masyarakat berpendapatan menengah-rendah dan kaum muda berusia 17-29 tahun mendominasi calon pemudik. Hampir semua responden yang ingin pulang kampung itu menjawab jika dirinya memiliki kerabat atau keluarga yang berusia di atas 45 tahun. Dari 12 persen yang berencana mudik, terbanyak adalah karyawan swasta (35,6 persen) dan PNS/ASN (23,4 persen). Hampir 50 persen responden berstatus Sosial Ekonomi (Social Economy Status/SES) C, D, E atau pendapatan menengah-rendah.

Analisis lebih mendalam menunjukkan jenis kelamin, usia, dan tingkat pendapatan mempengaruhi hasrat mudik. "Mereka yang berjenis kelamin laki-laki, berusia muda, dan berpenghasilan menengah-rendah cenderung memilih tetap mudik, sudah mudik duluan, atau belum memutuskan mudik," paparnya.

Dari sisi usia, yang terbanyak akan mudik kelompok usia 17-29 tahun (44,5 persen). Sisanya 30-40 tahun (33,5 persen), 41-50 tahun (18,1 persen) dan 51 tahun ke atas (3,9 persen). Sedangkan dari sisi jenis kelamin, laki-laki lebih dominan ingin mudik (62,6 persen) dibanding perempuan (37,4 persen).

"Hampir 50 persen responden yang tetap akan mudik meski sedang pandemi Corona. Mereka beralasan rindu kampung halaman dan keluarganya (47,2 persen). Sedangkan 39,3 persen yakin dirinya negatif Corona. Kemudian, 16,9 persen yakin tidak akan menularkan Corona," ucapnya.

Gelombang mudik sebenarnya dimulai sejak kasus pertama pandemi COVID-19 di Indonesia. Yakni pada 1-5 Maret 2020. Tercatat sebanyak 34,1 persen dari partisipan pulang duluan pada pekan itu. Kemudian angkanya meningkat tajam saat Pemerintah mengeluarkan seruan pembatasan aktivitas sosial di luar rumah (social distancing) pada 16-20 Maret 2020.

Mayoritas mereka yang pulang duluan berstatus pelajar/mahasiswa (39,4 persen) diikuti oleh karyawan swasta (23,1 persen). Namun, lanjut Mulya, motif masyarakat yang pulang kampung duluan berbeda dengan yang bakal mudik menjelang Lebaran nanti.

Selain itu, survei ini juga menemukan pekerja sektor informal. Seperti pedagang kecil, penjaga toko, pekerja dan pemilik warung makan juga sudah mudik duluan. Hasil survei menunjukkan, hampir separuh calon pemudik berencana menggunakan kendaraan pribadi (47,3 persen). Sedangkan persentase yang menggunakan transportasi umum, seperti pesawat terbang (24,2 persen), dan sisanya kereta api, bus, mobil travel, dan sebagainya.

Calon pemudik akan menuju Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Yogyakarta. Mulya mengatakan profil dan faktor yang mempengaruhi mudik dapat jadi masukan bagi pemerintah untuk menahan laju orang yang berpindah dari red zone Corona ke wilayah lain. "Temuan laki-laki dan kaum muda cenderung ingin mudik atau belum memutuskan, serta yang berpenghasilan menengah ke bawah, bisa digunakan pemerintah untuk merumuskan strategi," terangnya.

Survei terkait perilaku mudik itu dilakukan pada 24-30 Mei 2020, terhadap 2.437 responden di semua provinsi. Pesertanya kelompok usia 17-29 tahun (37,8 persen), 30-40 tahun (30,3 persen), 41-50 tahun (24,0 persen), 51-60 tahun (6,7 persen), dan di atas 60 tahun (1,2 persen).

Sementara itu, Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Budi Setiyadi menegaskan sinyal larangan mudik semakin kuat. Ini dilakukan sebagai upaya untuk membendung penyebaran COVID-19.

“Soal mudik nanti akan dibahas lebih lanjut. Tetapi kayaknya semakin kuat pesan dibangun bahwa akan ada pelarangan mudik. Keputusan pelarangan mudik atau tidak, kembali pada pemerintah," tegas Budi di Jakarta, Senin (20/4).

Apabila mudik sudah resmi dilarang, maka akan diperkuat dengan payung hukum berupa peraturan menteri (Permen). Dia menyebut rencana Permen itu sudah berada di biro hukum. Budi menjelaskan wacana pelarangan mudik semakin kuat karena permintaan kepala daerah dan meningkatnya kesadaran masyarakat.

Admin
Penulis