JAKARTA - Ika Dewi Maharani patut diacungi jempol. Dia menjadi satu-satunya sukarelawan medis perempuan di bawah naungan Relawan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 yang bertugas sebagai sopir ambulans.
=========================
ANGKA kasus Covid-19 di Jakarta yang semakin meningkat, ditambah dengan jumlah petugas ambulans yang kurang memadai, membulatkan tekad Ika untuk menjadi sopir ambulans. “Dengan keahlian yang saya miliki, saya bisa menyetir, saya basic perawat, jadi pas saya sesuai dengan panggilan hati. Dengan kemampuan yang saya punya, saya harus melayani,” ujar Ika dalam konferensi pers secara daring di Graha BNPB, Jakarta, Kamis (16/4).
Dia tergabung dalam sebuah asosiasi profesi perawat Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia (HIPGABI). Ika sendiri berasal dari Maluku Utara, namun berkuliah di Surabaya. Saat ini menjalani hidup di mess yang disediakan BNPB dan bertugas di rumah sakit Universitas Indonesia.
Menangani pasien di rumah sakit menjadi hal biasa bagi Ika. Namun mengantarkan pasien ke rumah sakit menjadi persoalan lain. Dia mengaku menjadi sopir ambulans merupakan pengalaman pertama dalam hidupnya.
BACA JUGA: Saat Covid-19, Ternyata Status Jomblo Lebih Menguntungkan
“Untuk ambulans baru pertama kali di dalam hidup saya. Tapi ya gitu. Ternyata di ambulans tidak semudah yang kita bayangin,” kata Ika.“Sudah bunyikan sirine, tapi kadang orang-orang di sekitar kita tidak peka untuk memberikan jalan buat kita karena kita mengangkut pasien. Ya untung ada orang dengan kesadaran memberikan jalan, jadi kita tetap dengan cepat membawa pasien ke tempat yang dirujuk,” dia melanjutkan.
Mengemban tugas untuk mengantarkan pasien dalam pengawasan (PDP) atau pun pasien positif Covid-19 membuat Ika berisiko besar terinfeksi virus corona.
Dalam menjalankan tugasnya itu, dia mengatakan safety adalah kunci utama. Menggunakan alat perlindungan diri (APD) menjadi wajib bagi Ika sebelum berangkat bertugas. Tidak hanya agar dirinya aman, tetap juga agar para pasien tetap aman.
Meski telah mengenakan APD, sebagai manusia biasa, Ika mengaku perasaan takut ada dalam dirinya, namun semangat kemanusiaan yang dia rasakan jauh lebih tinggi. “Rasa takut ada pasti. Cuma ini harus kita lihat lagi, ini adalah tugas bagi kita sebagai relawan medis. Kita harus menangani pasien dari awal sampai akhir pasien, itu kita harus tangani,” ujar dia.
Untuk menjaga imunitas tubuh sebagai cara untuk melawan virus corona, di tengah shift 12 jam yang dia jalani, Ika selalu menyempatkan diri untuk makan teratur dan istirahat yang cukup. “Shift pagi dari jam 7 sampai jam 7 malam, itu pertama harus makan dulu. Selesai absen kita makan, ada panggilan untuk kita rujuk, setelah itu selesai, baru kita makan, yang penting makan harus sehari tiga kali, multivitamin, dan susu,” kata dia.
Dengan usaha terbaiknya mengabdikan dirinya sebagai sukarewalan Covid-19, Ika berharap pandemi tersebut dapat segera berakhir. “Dengan kita mengabdikan diri sebagai relawan kita harap penanggulangannya ini semakin cepat, jadi bencana ini cepat akan berakhir,” ujar Ika.
BACA JUGA: Luna Maya Bilang Tidak Ada Bukti Orang Mati Terpapar Corona
Dalam kesempatan konferensi pers yang sama, Ketua Koordinator Relawan Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Andre Rahadian mengatakan hingga Kamis (16/4) ada 23.472 orang terdaftar dalam relawan Covid-19. Dari jumlah itu, 4.401 orang di antaranya merupakan relawan medis, sementara 19.071 orang lainnya termasuk relawan non-medis.“Ini tersebar dari provinsi Aceh hingga Papua. Semua ada. Yang paling besar memang di Jawa Barat, sekitar 5.900 orang,” ujar Andre. Untuk relawan medis, tim relawan gugus tugas bekerjasama dengan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (BPPSDMK).
Dalam hal ini kebutuhan untuk relawan medis masih sangat diperlukan seiring dengan kebutuhan dari rumah sakit rujukan dan rumah sakit darurat terus masuk, yang pada umumnya adalah dokter dan perawat. Oleh karena itu, Gugus Tugas mengajak seluruh relawan medis untuk turut berpartisipasi. Demikian pula dengan relawan non-medis.
Di samping itu, meski telah bekerjasama dengan banyak organisasi, seperti Basnaz dan KNPI, Andre juga mengajak relawan untuk mendaftar melalui organisasi tersebut ataupun melalui desk relawan di BNPB. “Jadi di Gugus Tugas ini, kita punya desk relawan sendiri yang menerima pendaftaran, dan saya rasa karena ini bentuknya adalah untuk bersama-sama semua pihak, makin banyak relawan dengan bisa semakin banyak wilayah yang masuk semakin baik,” katanya.
Sementara itu, Andre mengatakan telah melakukan pelatihan untuk relawan non-medis yang berjumlah 80 persen dari total jumlah relawan Covid-19. “Kita akan dan sudah melakukan pelatihan kemarin untuk sekitar 250 orang. Sudah dilakukan secara online, di mana kita harapkan teman-teman relawan ini bisa menjadi gugus terdepan dalam memutus penyebaran Covid-19, serta membantu ke depannya bagaimana kita bisa menangani Covid-19 ini dengan baik,” ucapnya.