News . 13/04/2020, 13:53 WIB

Minoritas Muslim India Didiskriminasi di Tengah Ganasnya Virus Corona

Penulis : Admin
Editor : Admin

INDIA- Sadiq Khan sedang duduk di luar rumahnya. Seketika, sekelompok pemuda Hindu menyerangnya dengan senjata tajam, Ia dipukul secara membabi buta. Dia dianggap tidak menaati seruan Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi untuk mematikan lampu listrik sebagai simbol solidaritas dalam perang negara melawan coronavirus.

PM Modi telah mengimbau warga untuk mematikan listrik dan lampu lilin atau lampu senter ponsel selama 9 menit pada jam 9 malam di tanggal 5 April. Hal itu sebagai simbol solidaritas untuk negara dalam perang melawan keganasan virus corona.

Keluarga Sadiq Khan di distrik Jind, di negara bagian Haryana utara dengan antusias mengikuti aturan pemadaman listrik, semua anggota keluarganya menyalakan lilin.

Namun as satu bola lampu listrik di rumah mereka yang masih menyala. Itu membuat tetangga-tetangga yang beragama Hindu kesal. Mereka kemudian menghina keluarga Sadiq Khan serta agamanya. Mereka disebut penghianat.

Para tetangga Hindu menyerang keluarga muslim itu dengan senjata kapak, pentungan dan lainnya. "Empat anggota keluarga Khan terluka dalam serangan itu", kata polisi, yang telah menangkap enam orang atas serangan itu, seperti dikutip dari thenational, Senin (13/4).

[caption id="attachment_438126" align="alignnone" width="624"] Sebuah Masjid yang dibakar oleh massa dalam bentrok komunal di India (Foto via BBC)[/caption]

Kekerasan itu adalah bagian dari serangkaian serangan yang dipicu oleh pandemi. Mereka menuding kelompok Muslim berencana melawan negara di tengah kasus pandemi. Saat ini, korban tewas India naik menjadi 273 dan kasus positif menjadi 8.447 pada Ahad (13/4).

“Kami hidup damai bersama tapi sekarang mereka menyebut kami pengkhianat. Bukankah kita memiliki kebebasan yang sama dengan orang lain (Hindu) untuk memilih cara kita hidup di negara ini, bagaimana kita berbeda? ” kata Sadiq Khan.

Negara ini baru saja pulih dari kerusuhan yang sebagian besar anti-Muslim di Delhi pada bulan Februari lalu. Kerusuhan SARA itu menewaskan lebih dari 54 orang. Kerusuhan yang dipicu penolakan atas undang-undang kewarganegaraan kontroversial yang disahkan oleh pemerintah nasionalis Hindu Mr Modi.

Kini di saat pandemi, ummat Muslim disana makim dibenci. Itu sebab banyak jamaah tablig yang terpapar corona saat kongres pertengahan Maret lalu di Nizamuddin, Delhi. Kegiatan ini dihadiri ribuan anggota jamaah tablig.

Pihak berwenang menuduh penyelenggara melanggar aturan lock down. Kini lebih dari 1.400 orang dari pertemuan jamaah tablig itu dinyatakan positif terkena virus. Sementara lebih dari selusin telah meninggal.

Insiden ini diikuti oleh kampanye pedas terhadap komunitas Muslim India oleh politisi sayap kanan dan bagian dari media arus utama yang mengklaim itu adalah bagian dari upaya Islam untuk melawan India yang mayoritas Hindu.

Mereka mengatakan tindakan itu mirip dengan "bio-Jihad" dan umat Islam seperti "bom manusia" dan menuntut kesepakatan pemerintah dengan para pelanggar seperti teroris. Namun, ada anggota komunitas Hindu yang menentang kebencian terhadap muslim.

"Memang benar bahwa kebencian telah meningkat di India selama beberapa tahun terakhir, suhu masyarakat meningkat," kata Rahul Easwer, seorang aktivis hak-hak Hindu.

"Memang benar Jamaah Tabligh bisa menjadi sedikit lebih berhati-hati tetapi orang-orang tidak menganggap serius sampai Maret karena ada pesan ringan dari pemerintah. Orang tidak boleh menyebarkan virus Islamofobia pada titik waktu ini karena itu akan melawan -produktif." Katanya.

           
© 2024 Copyrights by FIN.CO.ID. All Rights Reserved.

PT.Portal Indonesia Media

Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210

Telephone: 021-2212-6982

E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com