ANTARA LOCKDOWN, TEBU DAN MAYAT

fin.co.id - 31/03/2020, 01:50 WIB

ANTARA LOCKDOWN, TEBU DAN MAYAT

KEADAAN yang tidak menentu juga menjadi alasan mahasiswi Indonesia, Ratna Jelita, untuk kembali ke Tanah Air pada 24 Maret lalu dari Inggris Raya.

Perempuan yang tengah menuntut ilmu bidang seni dan desain di Bellerbys College, London, itu terdorong untuk kembali ke Indonesia karena tingginya jumlah kasus yang tercatat di Inggris.

”Saya tinggal sendiri di asrama. Berada di situasi yang tidak pasti di negara asing, di mana saya jauh dari keluarga, membuat saya khawatir,” tuturnya.

Hingga Minggu (29/3) pada pukul 09.00 waktu setempat, jumlah kasus positif Covid-19 di Inggris Raya mencapai 19,522 orang, sebagaimana tercantum di laman resmi pemerintah, www.gov.uk.

Terhitung pukul 5 sore pada 28 Maret 2020, sebanyak 1.228 orang meninggal dunia. Pemerintah Inggris telah memberlakukan lockdowndi seluruh wilayah negara tersebut dalam upaya menghentikan penyebaran virus yang pertama muncul di kota Wuhan, Cina itu.

Saat ditanya apakah dirinya merasa lebih aman berada di Indonesia, Jelita mengatakan di satu sisi dia merasa lebih tenang karena berada dekat dengan keluarga. ”Di lingkungan yang saya kenal, dengan orang-orang yang saya kenal, merasa lebih normal,” ucapnya.

Menjaga kesehatan mental seringkali disebut sebagai salah satu aspek penting dalam mencegah penyebaran Covid-19, karena berpengaruh terhadap tingkat sistem imun seseorang.

World Health Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia juga telah mengeluarkan sejumlah imbauan terkait kesehatan mental dalam masa pandemi Corona. Lagi-lagi, saya harus garibawahi. Ini soal mental.

 

Selain Ratna, ada mahasiswi Indonesia yang menempuh studi di Los Angeles, Amerika Serikat. Namanya Giorgina Sekarputri. Ia mengaku keluarga yang berada di Indonesia merasa khawatir terkait keselamatannya di negara Paman Sam.

Kekhawatiran keluarga Giorgina tak hanya terkait soal penyebaran virus itu sendiri. ”Orang tua saya meminta saya untuk kembali ke Indonesia karena situasi yang terjadi di Amerika Serikat, terutama karena adanya rasisme terkait orang Asia dan Ibu saya mengkhawatirkan keselamatan saya,” ungkapnya.

Mahasiswi jurusan psikologi di Pepperdine University itu tiba di Jakarta pada 17 Maret lalu. Kemunculan rasisme dan xenophobia dilaporkan mengiringi peningkatan angka kasus Covid-19 di berbagai negara.

Saya melansir dari Kantor Berita Reuters. Ada beberapa hal yang saya catat. Salah satunya pemberitaan pada bulan Februari lalu bahwa otoritas Los Angeles sempat mengeluarkan pernyataan terkait sejumlah rumor, berita palsu, dan penyerangan dalam upaya untuk menghilangkan kefanatikan anti-Asia yang mulai muncul di negara bagian California pada awal merebaknya Virus Corona di AS.

”Kami tidak akan membiarkan kebencian,” kata Supervisor County Los Angeles Hilda Solis yang mengimbau warga setempat untuk melaporkan kejahatan ke nomor khusus 211.

Admin
Penulis