News . 09/03/2020, 09:47 WIB
Toh pembunuhan terhadap raja bukan barang baru di Saudi.
Hanya saja upaya pembunuhan pada Raja Salman itu bisa digagalkan. Seberapa dramatik jalannya kudeta itu masih menjadi rahasia kerajaan.
Kita masih harus menunggu perkembangan berikutnya: apakah ada yang dihukum mati dalam waktu dekat.
Kalau tidak ada berarti kudeta itu baru pada tingkat rencana. Lalu bocor.
Atau rencana pun sebenarnya tidak ada. Hanya saja Putra Mahkota yang sekarang, Pangeran Mohammed bin Salman (MbS) tidak ingin ada kerikil yang akan meloncat ke dalam sepatutnya.
Pangeran Ahmed bin Abdul Aziz al-Saud adalah kerikil besar. Di antara keluarga kerajaan Pangeran Ahmed-lah yang paling senior.
Banyak keluarga kerajaan yang berpendapat harusnya Pangeran Ahmed yang jadi putra mahkota. Toh MbS masih sangat muda --sekarang 36 tahun.
Tapi Raja Salman tentu ingin anaknyalah yang naik tahta --sepeninggalnya nanti. Tiga tahun lalu ketika MbS masih berumur 33 tahun Raja Salman mengangkat anaknya itu.
Berarti sekaligus mencabut gelar Putra Mahkota yang pernah diberikan kepada Pangeran Ahmed.
Saat itu Pangeran Ahmed memang tidak setuju atas pengangkatan MbS. Namun ia kalah suara: 2 lawan 1. Memang Dewan Kesetiaan
Kerajaan hanya beranggotakan 3 orang. Dewan itulah yang dimintai pertimbangan untuk urusan terpenting kerajaan. Tiga orang itu adalah anggota keluarga kerajaan yang paling senior.
Sejak itu Pangeran Ahmed lebih banyak tinggal di luar negeri. Terutama di London.
Selama ditinggal pergi itu banyak sekali kejadian besar di kerajaan: penangkapan besar-besaran atas kerabat kerajaan. Mereka ditahan di Hotel Ritz Carlton di Riyadh, ibu kota Saudi Arabia.
Ikut ditangkap pula beberapa pengusaha besar yang terkait dengan mereka.
Alasan penangkapan itu: mereka melakukan korupsi.
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com