Data 2 Pasien Corona Dirahasiakan

fin.co.id - 04/03/2020, 03:15 WIB

Data 2 Pasien Corona Dirahasiakan

Pesawat milik maskapai Citilink terdampak abu vulkanik erupsi Gunung Ruang di Bandara Sam Ratuangi, Manado, Sulawesi Utara

JAKARTA - Dua perempuan asal Depok, Jawa Barat, dinyatakan positif Corona. Keduanya diisolasi dan dirawat di RSPI Sulianti Saroso di Sunter, Jakarta Utara. Pemerintah meminta data dua pasien itu dirahasiakan. Tujuannya agar pasien maupun keluarganya tidak tertekan.

"Saya sudha memerintahkan Menteri Kesehatan agar rumah sakit, pejabat dan pihak terkait untuk , tidak membuka privasi pasien. Kita harus menjaga kode etik. Harapannya pasien tidak tertekan jika data mereka dirahasiakan. Saya sampaikan pada menteri untuk hak-hak pribadi betul-betul dijaga. Ini penting sekali," tegas Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (3/3).

Kepala Negara meminta media juga menghormati privasi mereka. Dengan kondisi yang tenang, diharapkan, keduanya segera pulih. "Mencegah lebih baik daripada mengobati. Sering cuci tangan. Jangan menyentuh wajah sebelum cuci tangan. Jaga kesehatan," imbuhnya.

BACA JUGA: Menkes Terawang Bilang ga Takut Corona, Fadli Zon: Jangan Sok Jagoan

Sementara itu, anggota Komisi I DPR Charles Honoris mengatakan negara harus menjamin kerahasiaan identitas pasien corona. Menurutnya , tersebar luasnya data pribadi seperti nama lengkap, alamat tinggal, foto pasien corona lewat media sosial harus dipandang serius sebagai pelanggaran privasi. "Negara seharusnya bisa melindungi kerahasiaan data pribadi dan menutup ruang sekecil apa pun terhadap pelanggaran itu," tegas Charles di Jakarta, Selasa (3/3).

Anggota Fraksi PDIPitu menegaskan hak atas privasi adalah salah satu hak konstitusional yang diatur dalam UUD 1945. Singapura dan Jepang, lanjutnya, telah memberi contoh bagaimana identitas dan data pribadi pasien corona. Termasuk pasien WNI yang ada di dua negara tersebut, terjamin kerahasiaannya. "Bahkan otoritas setempat tidak membuka identitas pasien WNI kepada perwakilan RI sekalipun tanpa izin lebih dulu dari pasien yang bersangkutan," paparnya.

Terpisah, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian meminta masyarakat tidak panik menghadapi isu virus Corona. "Saya kira tidak perlu panik. Kita tahu pemerintah berupaya dengan segala kemampuan. Koordinasi di tingkat nasional sudah dilakukan. Kemudian koordinasi jaringan kesehatan, pemerintah daerah banyak melakukan langkah-langkah preventif," jelas Tito di Jakarta, Selasa (3/3).

Tito juga meminta masyarakat memperkuat sistem imunnya dengan melakukan olahraga dan pola hidup sehat. "Tindakan preventif itu terutama memperkuat daya tahan tubuh. Olahraga penting. Karena virus itu yang paling utama ada di sistem daya tahan tubuh. Kalau daya tubuh kuat, virus juga tidak bisa berkembang," jelas mantan Kapolri ini.

Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki keuntungan. Suhu udaranya relatif hangat karena dipengaruhi letaknya di garis khatulistiwa. Keuntungan tersebut, lanjut Tito, dapat dimanfaatkan masyarakat untuk melakukan aktivitas berjemur pada pagi hari untuk mendapatkan sejumlah manfaat. "Sering-sering berjemur, terutama di matahari pagi. Kita semua belajar dari dahulu. Matahari pagi itu banyak mengandung manfaat. Termasuk vitamin D dan lain-lain. Hal ini menunjukkan bahwa di suhu-suhu tertentu yang panas, virus tidak bisa berkembang," ucap mantan Kapolda Metro Jaya ini.

BACA JUGA: Kemenag Kota Magelang Imbau Agen Umrah Hentikan Sementara Pendaftaran

Menkopolhukam menegaskan pemerintah siap dan mampu mengatasi virus Corona. Menurut dia, masyarakat sudah siap dan mampu mengatasinya secara terbuka. Soal informasi penanganan Covid-19, lanjut Mahfud, terpusat di Kementerian Kesehatan. Ia juga berharap pemerintah daerah tidak mendramatisasi persoalan yang ada saat ini. "Ada sesuatu yang belum jelas sudah konferensi pers Corona. Seperti di Cianjur itu. Katanya Covid-19. Ternyata nggak ada, bukan Corona," kata Mahfud.

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) ini mengingatkan pemerintah daerah harus membuat tenang masyarakatnya. "Yang lebih banyak membunuh manusia itu justru flu biasa, bukan Corona. Itu menurut penjelasan Menteri Kesehatan," paparnya.(rh/fin)

Admin
Penulis