Hanjar bukanlah pemegang saham terbesarnya. Tapi, sebagai pemrakarsa, ia menjadi direktur di PT Pengayom itu. Umurnya: 33 tahun. Pendidikan terakhirnya: Pondok Modern Gontor Ponorogo.
Pemegang saham terbesar PT Pengayom adalah: Asosiasi Petani Organik. Anggota asosiasi ini 1.600 petani organik. Hanjar juga ketuanya.
Saya akan menulis perjuangan membangun asosiasi petani organik ini. Kapan-kapan.
Hari ini menulis soal PT Pengayom dulu.
Siapa tahu kelembagaan baru ini menjadi tren masa depan petani kita.
Asosiasi petani organik itu memegang saham sampai 50 persen di PT Pengayom. Yang 35 persen lagi dipegang Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) Kebon Agung.
Hanjar sendiri hanya memegang saham 10 persen. Sedang yang 5 persen lagi milik Seknas BUMP.
Seknas itu perserikatan mahasiswa program doktor ilmu kelembagaan Universitas 11 Maret Solo.
Awalnya --saat didirikan tahun 2009-- anggotanya 18 orang. Belakangan tinggal tidak sampai separonya.
Latar belakang S-1 mereka beraneka keilmuan. Ada pertanian, akuntansi, hukum, dan banyak lagi. Ketuanya adalah Dr. (kini) Sugeng Edi Waluyo.
Mereka itu melakukan penelitian bidang kelembagaan petani. Sangat mendalam. Mereka kaji keberadaan koperasi, kelompok, asosiasi, dan apa saja yang terkait petani.
Hasil kajian itu: tidak ada lembaga tani mana pun yang bisa mengatasi problem pokok petani. Yakni: menjaga agar di musim panen harga hasil tani tidak merosot.
Dr. Edi Waluyo sendiri orang Jepara. Tapi istrinya dari desa paling pelosok Wonogiri. Masih 1 jam lagi dari Sidoharjo --ke arah Pacitan.
Ia tinggal di desa Kedungombo, Baturetno, itu. Agar terus menghayati persoalan pedesaan dan petani.
Tiap masuk kerja ia harus naik mobil 2 jam ke Solo. Ia tidak menjabat apa-apa lagi di Universitas 11 Maret tapi banyak yang diurus di Solo.