Industri Elektronika Krisis Komponen Bahan Baku

fin.co.id - 25/02/2020, 05:34 WIB

Industri Elektronika Krisis Komponen Bahan Baku

Pesawat milik maskapai Citilink terdampak abu vulkanik erupsi Gunung Ruang di Bandara Sam Ratuangi, Manado, Sulawesi Utara

JAKARTA - Pengusaha elektronika saat ini tengah ketar-ketir atas tersendatnya pasokan komponen dan bahan baku impor dari Cina. Kesulitan mendapatkan bahan baku itu lantaran dampak dari mewabahnya virus corona.

Oleh karena itu, pelaku industri elektronika meminta pemerintah untuk memberikan insentif agar menjamin ketersediaan bahan baku komponen dari Cina demi proses produksi dan ekspor tetap lancar.

Sekretaris Jenderal Gabungan Elektronika (Gabel), Daniel Suhardiman mengatakan, pasokan bahan baku komponen elektronika selama ini masih bergantung dari Negeri Tirai Bambu.

BACA JUGA: Tantangan Sektor Perpajakan di Era Digital

Dia menekankan, imbas virus corona memengaruhi aktivitas produksi, jalur logistik atau kegiatan bongkar muat di pabrik hingga pelabuhan di Cina menurun, dampaknya akan langsung dirasakan pelaku industri nasional.

Jika kondisi ini terus berkepanjangan, kata dia, pelaku industri akan kehabisan stok material, sehingga tidak bisa membuat produk jadi. Tentu akan merugikan pelaku industri domestik.

“Misalnya dengan memberi insentif agar pengadaan material bahan baku dan penolong dari negara non-Cina hargaya tetap kompetitif. Apakah pengurangan beban biaya logistik, energi, dan sebagainya,” kata Daniel, di Jakarta, Senin (24/2).

Lanjut dia, momentun ini seharusnya bisa dimanfaatkan pemerintah untuk memperkuat struktur industri elektronika, misalkan, memberikan aturan investasi yang lebih bersaing bagi investor masuk ke Indonesia daripada ke Vietnam Thailand, atau Malaysia. Kebijakan itu demi pengembangan industri pendukung elektronika dalam negeri.

Selain itu, kata dia, pemerintah memberikan keringanan pajak, kepastian pengadaan lahan, dan aturan tenaga kerja, serta mendukung peningkatan produkstivitas sumber daya manusia melalui pengembangan riset dan desain dengan insentif kompensasi pemotongan pajak.

Sementara itu, Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian memperkirakan Indonesia akan mengalami kesulitan bahan baku industri manufaktur pada Maret 2020. Hal ini dipicu lantaran tidak hentinya wabah virus corona.

Sekretaris Menko Perekonomian, Susiwijono mengungkapkan pelaku industri nasional akan kesulitan mendapatkan 74 persen barang modal untuk industri manufaktur dari Cina. Memang, saat ini pasokan bahan industri manufaktur masih ada, namun dikhawatirkan akan menipis karena belum tertanggulanginya virus corona.

"Memang sekarang masih punya stok cadang, tapi biasanya siklusnya satu dua bulan akan kesulitan," kata Susiwijono di Jakarta, Senin (24/2).

Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin), Rosan Roeslani mengatakan, krisis bahan baku akan berimbas pada penurunan tingkat produksi industri. Dalam masalah ini, dia meminta pemerintah segera mengambil kebijakan yang konkret agar kenaikan harga barang tidak terjadi.

"Kalau barang baku enggak masuk, tentu kita terpaksa mengurangi produksi," kata Rosan.

Ungkap dia, hasil diskusi dengan asosiasi terkait dalam mengatasi krisis bahan baku, yakni mencari pengganti bahan baku impor di luar Cina. Misalkan, untuk industri farmasi, bisa mendekati India demi memenuhi kebutuhan obat dalam negeri.

BACA JUGA: Menhub: Tanpa Pekerja Cina Proyek Jalan Terus

"Jadi memang harus dicari terobosan, dilihat dengan potensi negara-negara lain yang memang bisa menggantikan walaupun tidak secara keseluruhan, tetapi bisa menggantikan perannya," kata dia.

Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita sebelumnya menyebutkan, bahwa pabrikan lokal mengimpor hampir 30 persen bahan bakunya dari Cina. Dia mengkhawatirkan ekspor bahan baku dari Cina akan diturunkan atau dihentikan lantaran belum selesainya virus corona.

"Saya sangat tidak happy kalau industrinya mati karena tidak ada bahan baku," ujar dia.

Admin
Penulis