News . 24/02/2020, 08:52 WIB
Rupanya berita baru dari Malaysia belum cukup tersiar luas. Atau, berita pertamanya telanjur begitu meyakinkannya.
Begitu ditolak mendarat di Istanbul ke mana akan terbang?
Pesawat itu tidak mungkin langsung ke Amsterdam. Bahan bakarnya tidak cukup.
Pilot pesawat itu pun membelokkan arah. Balik kembali ke timur. Sambil sang pilot mencari akal: akan mendarat di mana dan dengan alasan apa.
Sang pilot lantas mengontak bandara Karachi, Pakistan. Minta izin untuk bisa turun darurat di kota terbesar di Pakistan itu.
Alasannya: ada masalah teknik.
Pihak bandara pun mengizinkan.
Begitulah peraturan internasional.
Seperti Bandara Halim dulu. Yang juga mengizinkan pesawat Boeing 747 British Airways mendarat darurat. Tengah malam itu empat mesin pesawat jurusan London-Sydney itu mati semua. Yakni saat Gunung Galunggung meletus. Abunya terbang begitu tinggi masuk ke semua mesin pesawat itu.
Tapi petugas menara bandara Karachi menegaskan satu hal: pesawat itu hanya bisa mengisi bahan bakar di Karachi. Tidak ada fasilitas layanan lain apa pun.
Artinya: pesawat tidak akan bisa mendapat gate. Dan penumpang tidak bisa turun dari pesawat.
Itu saja sudah sangat baik. Daripada penumpang harus terkatung-katung di udara --setelah 17 hari terkatung-katung di laut.
Pukul 9 malam pesawat pun mendarat di Karachi.
Persoalan menjadi rumit ketika diketahui para penumpang itu adalah eks Westerdam.
Mulailah muncul tanda tanya.
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com