Dia mengatakan, kerugian pastinya baru bisa dihitung setelah virus corona berakhir. "Misalnya selesai April kan tidak otomatis langsung normal karena kan ada masa booking. Januari-Februari misalnya itu booking untuk April," ujar dia.
Saran agar sektor pariwisata tetap stabil, salah satunya Kementerian/Lembaga (K/L) menggelar kegiatan di daerah wisata sepeti Bali. "Jadi tinggal tunggu saja realisasinya," ucap dia.
Sebelumnya, Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) memprediksi potensi kerugian sektor industri pariwisata mencapai puluhan miliar per bulan karena anjloknya turis dari Cina.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan kunjungan wisatawan Cina ke Indonesia selama Januari sampai Juni 2019 mencapai 1,05 juta orang, terbanyak kedua setelah wisatawan Malaysia.
Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani mengakui virus corona telah memukul sektor pariwisata dan juga melemahkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
BACA JUGA: Dana Desa Bisa untuk Darurat Bencana
Nah, upaya lain yang dilakukan pemerintah untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi adalah dengan mempercepat serapan belanja K/L. Sri Mulyani mengatakan belanja K/L, di luar belanja pegawai, telah mengalami kenaikan meski masih bisa dipacu lebih cepat lagi.Pencairan belanja K/L per 31 Januari 2020 adalah Rp30,9 triliun. Belanja itu meliputi belanja barang Rp3,3 triliun, belanja modal Rp1,9 triliun, belanja bantuan sosial Rp13,2 triliun, dan belanja pegawai Rp12,5 triliun.
Sampai dengan 10 Februari 2020, pemerintah juga telah menyalurkan Rp586 miliar dana desa untuk lebih dari 1.490 desa. Realisasi itu lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun lalu yang hanya Rp317 miliar. Sementara itu, pencairan dana program keluarga harapan (PKH) telah mencapai Rp7 triliun atau 24% dari pagu Rp29 triliun.(din/fin)