MADRID - Ajang Copa Del Rey ternyata lebih memikat dari La Liga. Dini hari (7/2) kemarin, kompetisi berusia 117 tahun itu kembali mempertontonkan sejarah baru. Tak ada yang menyangka dua raksasa Spanyol, Real Madrid dan Barcelona tumbang dalam semalam. Ini merupakan kali keduanya momen sejak 29 Mei 1955. Saat itu, Madrid kalah dari Sevilla sedangkan Barcelona dilibas Bilbao di semifinal.
Ya, peraih 29 trofi Copa Del Rey, Real Madrid harus tersingkir setelah dibungkam Real Sociedad di depan pendukungnya sendiri, kemarin malam. Berlaga di Santiago Bernabeu,Los Galacticos takluk dengan skor 3-4.
Selang dua jam kemudian, giliran Barcelona mengalami nostalgianya bersama Athletic Bilbao. Berlaga di kandang lawan, Blaugrana dipaksa menyerah dengan skor tipis 0-1. Hal yang sama terjadi dalam sejarah pahit mereka di tahun 1955.
Bagi Barcelona, Copa del Rey memupus periode positif mereka kompetisi ini. Sejak musim 2010-11, Blaugrana selalu sukses menembus semifinal. Dari sembilan musim terakhir, skuat Quique Setien meraih lima gelar juara dalam sembilan musim terakhir.
Masih beruntung bagi Barcelona, kekalahan kemarin hanya memupus tren positif. Namun bagi Madrid, selain sakit hati tumbang dengan skor tipis dari Sociedad, satu dari empat gol lawan ke gawang mereka dicetak oleh mantan pemainnya, Martin Oedegaard.
Bak berternak anak macan, ada 12 gol yang disarangkan Real Sociedad ke gawang Madrid musim ini. Kesemyanya datang dari mantan para pemainnya, seperti Borja Mayoral, Willian Jose, dan, Pablo Sarabia. Ya, Real Sociedad menjadi satu dari tiga tim yang telah menyingkirkan Los Blancos musim ini bersama Celta Vigo dan Leganes ,
Bekas luka hasil Copa del Rey kemarin malam tetap ada. Sampai Zidane akhirnya bisa mengangkat trofi itu kembali. Namun untuk saat ini Los Blancos yang baru bangkit mampu mencoba untuk fokus mengejar brace trofi musim ini, LaLiga dan Liga Champions ganda.
Kepada Marca, Zidane mengakui, bahwa Madrid telah menerima konsekuensi dari hasil itu. "Kami sudah lama merasakan hal ini baik saat jalan menunduk ke luar lapangan (kalah) ataupun pulang membawa trofi,” ujar pelatih berpaspor Prancis itu.
Ya, Untuk pertama kalinya, Madrid kemasukan empat gol di era pelatihan Zidane itu. Sebelum pertandingan ini, Madrid cuma kebobolan tiga gol dalam 10 pertandingan terakhir. Zidane mengakui timnya kesulitan menghadapi tekanan lawan di babak pertama. Tampilan para pemainnya membaik di babak kedua. Tapi, terjadi beberapa kesalahan pertahanan. "Kami berjuang sampai akhir ," kata dia.
Tim kesayangan Jenderal Franco itu terakhir kali juara Piala Raja pada 2014, dengan menumbangkan Barcelona di final. Tak pelak, mimpi treble Madrid pupus, justru ketika mereka tampak berpeluang meraih gelar Liga Spanyol pertama sejak 2017. Bagi Zidane, mereka masih harus fokus menyiapkan laga melawan Osasuna, akhir pekan nanti. ”Kami masih punya laga yang panjang, kami tak mau fokus terpecah belah,” paparnya.
Kekalahan di San Mames Stadium, kandang Bilbao tak membuat sang pelatih, Quique Setien meradang. Bahkan menurutnya, Barcelona mengalami peningkatan kendati harus angkat koper dari Copa del Rey.
Inaki Williams mencetak gol tunggal via sundulan di injury time memupus harapan Setien meraih trofi pertamanya. Baginya, tak mudah menjadikan Barca seperti era Pep Guardiola, setengah dekade silam. Dari sekian laga, Setien memang belum menunjukkan kelasnya. Barca hanya menang tipis atas Ibiza, kalah dari Valencia dan kini ditekuk Bilbao. ”Saya mendapat banyak pelajaran di sini, kami memang kalah, tapi ada kemajuan,” paparnya.
Barca memiliki 11 tembakan, sementara Athletic tujuh, dan lima tendangan ke arah gawang berbanding satu. Bagi Setien, lini serang mereka mengalami peningkatan. ”Semua berjalan dengan baik, kecuali hasilnya. Saya senang dengan kinerja tim,” tandasnya.
Terdepaknya Barcelona dan Madrid, maka Real Sociedad dan Bilbao akan bergabung dengan Granada serta tim divisi dua Mirandes di babak empat besar. Dua raksasa kini tak lagi mendominasi, masih banyak yang perlu diperhatikan. Malam kemarin menjadi malam kelabu bagi mereka. (fin/tgr)