Untuk inflasi tahunan, Ryan menuturkan perlu dicermati juga lonjakan dari andil sektor kesehatan yang sebesar 0,42 persen secara tahunan dan andil sektor perawatan pribadi dan jasa lainnya yang tercatat menyentuh 0,46 persen.
Karena itu, dia meminta pemerintah dan tim pengendali inflasi untuk mencermati pergerakan harga kelompok bahan pokok, terutama kelompok makanan, minuman dan tembakau. Sebab komoditas tersebut cenderung kelompok penyumbang inflasi terbesar.
Lanjut dia, penyesuaian tarif jalan tol, tarif listrik, dan naiknya iuran BPJS Kesehatan, mungkin berdampak kecil untuk inflasi. Kendati demikian, pemerintah diminta waspada dan mencermati efek psikologis agar tidak menimbulkan efek liar ke pembentukan harga di pasar.
"Saya memprediksi outlook inflasi 2020 pada kisaran 3 persen yoy bisa dikawal hingga akhir tahun. Catatan lainnya, Bank Indonesia (BI) tetap harus konsisten untuk menjaga kebijakan moneter," pungkasnya.
Sebagaimana diketahui, per Januari 2020, BPS menggunakan pemutakhiran tahun dasar. Jika hingga Desember 2019, penghitungan inflasi, Nilai Tukar Petani, dan indeks harga perdagangan besar menggunakan tahun dasar 2012, maka sejak bulan lalu, tahun dasarnya berubah menjadi 2018.
Selain itu, ada beberapa pemutakhiran lain seperti bertambahnya kelompok pengeluaran dari 7 kelompok menjadi 11 kelompok. Kemudian, BPS membuang 101 komoditas yang tidak lagi berlangsung sekarang dan memasukkan 98 komoditas baru.
Sedangkan jumlah kota yang masuk dalam survei juga bertambah dari 82 kota menjadi 90 kota.(din/fin)