Panglima TNI Beberkan Kerawanan Ibu Kota Negara Nusantara dari Serangan

Panglima TNI Beberkan Kerawanan Ibu Kota Negara Nusantara dari Serangan

Panglima TNI Muhammad Andika Perkasa.-YouTube/Jenderal TNI Andika Perkasa-YouTube/Jenderal TNI Andika Perkasa

JAKARTA, FIN.CO.ID - Panglima TNI Jenderal TNI Andika Perkasa mengungkapkan permasalahan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.

Terutama terkait kerawanan IKN Nusantara dari serangan udara. 

Diakuinya, TNI saat ini masih memiliki kekurangan alutsista. Bukan saja dari sisi matra udara, melainkan juga matra darat dan laut.

(BACA JUGA:Luhut Bantah Proyek IKN Nusantara Minim Dana: Putra Mahkota Arab Saudi Akan Berinvestasi Besar)

"Memang kalau dilihat dari alutsista, kita memang masih kurang banyak sekali. Bukan hanya di udara, tapi juga di matra darat dan matra laut," katanya di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Senin, 23 Mei 2022.

Kendati demikian, pihaknya berterima kasih kepada pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertahanan yang telah melakukan pengadaan alutsista semaksimal mungkin.

Menurut mantan Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) ini, pemerintah telah berusaha memberikan yang terbanyak sesuai dengan kondisi keuangan negara yang ada.

(BACA JUGA:DPO MIT Tinggal Satu, Panglima TNI Tarik Ratusan Anggotanya dari Satgas Madago Raya )

"Tapi yang jelas tidak ada pemerintah yang kemudian tidak berusaha maksimal dalam memberikan anggaran, termasuk pemerintah presiden saat ini," kata Andika.

Sebelumnya, Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Andi Widjajanto mengatakan lokasi IKN Nusantara di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, rentan terhadap ancaman serangan udara dari luar.

"Secara geografis, Ibu Kota Nusantara memiliki kerentanan tinggi terhadap ancaman eksternal. Khususnya yang bersumber dari udara," kata Andi saat menyampaikan orasi ilmiah, di Lemhannas, Kamis (19/5).

Oleh karena itu, Andi meminta agar kapasitas anti-access/area-denial (A2/AD) di sekitar IKN perlu diperkuat.

Dia menambahkan pemindahan Ibu Kota Jakarta ke Kalimantan Timur perlu disertai perubahan paradigma pertahanan.

"Selama ini, pertahanan Indonesia cenderung berfokus pada pertahanan berbasis darat dengan mengandalkan strategi pertahanan mendalam (in-depth defense)," kata mantan Sekretaris Kabinet (Seskab) ini.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Gatot Wahyu

Tentang Penulis

Sumber: