Efek Samping Omicron yang Muncul Dua hingga Enam Bulan setelah Terpapar

Efek Samping Omicron yang Muncul Dua hingga Enam Bulan setelah Terpapar

Corona, COVID | Image oleh Gerd Altmann dari Pixabay--

JAKARTA, FIN.CO.ID - Sebuah temuan baru menunjukan bahwa mereka yang pernah terpapar Omicron, kurang dari enam bulan terakhir, punya potensi menunjukan efek samping.

Efek samping Omicron yang dimaksud adalah risiko seseorang mengalami trombosis vena dalam atau yang dikenal dengan nama penggumpalan darah terjadi di bagian dalam pembuluh darah vena.

Efek ini sendiri menurut studi itu, berisiko muncul setelah tiga bulan terpapar dan kurang dari enam bulan.

(BACA JUGA:Wanita Ini Cetak Rekor COVID, Setelah Pulih dari Delta, 10 Hari Kemudian Kena Omicron)

Sementara itu pada mereka yang sudah melewati masa enam bulan, punya risiko alami penggumpalan darah pada paru-paru.

Tidak berhenti di situ, ada juga risiko pendarahan yang berpotensi muncul dua bulan setelah terpapar Omicron.

Di situlah menurut ahli, salah satu peran penting vaksinasi COVID. Dan bawah komplikasi ini bisa dicegah dengan menerima vaksin.

Temuan ini dilaporkan para ahli dari Univerisity of Galsgow, demikian seperti dilansir The Sun.

Temuan Lain

Mereka yang pernah COVID dalam setahun terakhir, berisiko mengalami masalah kesehatan mental, demikian hasil sebuah penelitian yang tidak terkait studi di atas.

Bagi mereka yang sempat terbaring di tempat tidur, satu pekan lamanya, atau menunjukan infeksi serius akibat paparan corona, berpotensi mengalami gangguan kecemasan dan depresi, 16 bulan setelah pertama kali dinyatakan positif COVID.
 
Menurut sebuah studi yang dirilis pada jurnal Lancet Public Health ini, beberapa dari mereka yang masuk dalam kriteria di atas, melaporkan masalah gangguan tidur, dan stress berkepanjangan.

Semakin hebat efek COVID yang dirasakan waktu itu, maka efeknya terhadap mental eks penderita COVID pun semakin berat.

Sementara itu menurut temuan para ahli dari Unversity of Oxford, ditemukan bahwa mereka yang terpapar COVID, menunjukan penyusutan ukuran pada otak mereka.

Efeknya dari penyusutan otak ini, adalah penurunan kemampuan orang untuk berpikir, akibat terganggunya fungsi kognitif pada otak.

Dari studi itu, ditemukan bahwa hanya dalam empat bulan setelah terpapar, penyusutan otak terjadi, dengan frekuensi yang lebih cepat dibandingkan mereka yang tidak pernah terpapar corona.

Efek yang sama juga ditemukan pada mereka yang terpapar COVID meski tanpa gejala, atau yang dikenal dengan sebutan asimtomatik.

Para ahli sendiri tidak begitu mengerti mengapa penyusutan otak terjadi lebih cepat, pada mereka yang terpapar corona.

Namun menurut mereka, hal ini mungkin ada hubungannya dengan gejala jangka panjang COVID, pada mereka yang terpapar.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Makruf

Tentang Penulis

Sumber: