Infrastruktur

Pertemuan ke-19 HELP, Kementerian PUPR : Optimalisasi Pengoperasian Bendungan untuk Adaptasi Perubahan Iklim

fin.co.id - 23/04/2022, 13:14 WIB

Delegasi Indonesia di Pertemuan HELP, diwakili oleh Perekayasa Ahli Utama Balai Hidrolika dan Geoteknik Keairan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Arie Setiadi Moerwanto, tengah menyampaikan paparan

JAKARTA, FIN.CO.ID – Kementerian PUPR berupaya mengatasi peningkatan kebutuhan air serta meningkatkan kesiapsiagaan terhadap bencana hidrometeorologi di Indonesia dengan mengoptimalkan pengoperasian bendungan. 

Hal tersebut disampaikan oleh Perekayasa Ahli Utama Balai Hidrolika dan Geoteknik Keairan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Arie Setiadi Moerwanto yang mewakili Menteri PUPR Basuki Hadimuljono pada Pertemuan ke-19 The High-level Experts and Leaders Panel  (HELP) on Water and Disasters di Jepang, Kamis 21 April 2022. 

(BACA JUGA: Menteri PUPR Pastikan Infrastruktur Jalan dan Jembatan Siap Dilalui Pemudik Lebaran 2022)

Arie mengatakan selama beberapa tahun terakhir Indonesia mengalami berbagai bencana alam, seperti banjir besar di DKI Jakarta dan Banten serta Siklon Tropis Seroja yang memicu arus angin kencang, banjir bandang, dan tanah longsor di 11 kabupaten/kota di Nusa Tenggara Timur.

“Data hidrologi menunjukkan bahwa perubahan iklim dan pemanfaatan lahan telah menyebabkan intensitas hujan harian tinggi serta ketidakseimbangan antara debit maksimum dan minimum sungai yang besar, sehingga memicu bencana banjir dan kekeringan di berbagai daerah,” kata Arie, dikutip dari keterangan tertulisnya, Sabtu 23 April 2022. 

Untuk mengatasi berbagai bencana alam tersebut, Kementerian PUPR berupaya mengoptimalkan pengoperasian bendungan yang ada di Indonesia agar dapat beradaptasi dengan perubahan iklim. 

Indonesia saat ini memiliki 248 bendungan yang sudah dibangun dan 33 bendungan yang sedang dibangun, dimana 70 persen diantaranya berusia lebih dari 20 tahun.

(BACA JUGA: MUI Sambut Gembira Putusan MA yang Mewajibkan Pemerintah Menyediakan Vaksin Halal)

“Kami bekerja sama dengan BMKG dan Kementerian Pertanian untuk menerapkan teknologi prediksi curah hujan dan ketinggian air untuk meningkatkan keakuratan waktu pelepasan air bendungan, agar kapasitas penyimpanan air hujan dan penyerapan debit masuk menjadi lebih besar,” ujar Arie.  

Data lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar kapasitas bendungan di Indonesia kurang dari 50% aliran yang masuk per tahun. 

Artinya jumlah air di bendungan bisa dengan mudah memenuhi daya tampung bendungan pada awal musim hujan, sehingga tidak ada ruang tersisa untuk menyerap debit masuk. 

“Untuk mengatasi tantangan ini, Kementerian PUPR memodifikasi bendungan dengan meningkatkan kapasitas asupan dan menyediakan gerbang tambahan untuk mengamankan ruang penyimpanan dan penyerapan debit masuk,” tuturnya. 

(BACA JUGA: Sering 'Paksa' Jamaah Untuk Sedekah, Ternyata Uangnya Oleh Ustaz Yusuf Mansur Digunakan Buat Ini)

Selain itu, Kementerian PUPR juga menawarkan beberapa opsi pembiayaan infrastruktur untuk memastikan upaya peningkatan penyimpanan air melalui konstruksi dan rehabilitasi bendungan dapat dilaksanakan. 

Admin
Penulis
-->