Krisis Rusia-Ukraina Jadi Isu Tunda Pemilu, Gelora: Lelucon Politik Baru

Krisis Rusia-Ukraina Jadi Isu Tunda Pemilu, Gelora: Lelucon Politik Baru

Ilustrasi Pemilu 2024-Ilustrasi-twitter

JAKARTA, FIN.CO.ID - Jangan jadikan krisis Ukraina sebagai ide atau salah satu faktor menunda Pemilu 2024.

Sekjen Partai Gelora Mahfuz Sidik menilai itu sebagai lelucon politik baru.

“Saya mengkhawatirkan krisis Ukraina jangan-jangan nanti turunannya akan dipakai untuk melakukan justifikasi terhadap ide-ide liar, menjadi lelucon-lelucon politik baru. Ada pendapat yang mencoba mengkaitkan konflik Rusia-Ukraina sebagai salah satu faktor untuk menunda Pemilu Tahun 2024," kata Mahfuz dalam keterangannya, Minggu, 27 Februari.

(BACA JUGA:Usul Penundaan Pemilu 2024, Muhaimin Iskandar Bilang Disetujui Banyak Orang)

Menurut dia, pikiran-pikiran tersebut semakin irasional dan tidak mendidik publik. Dia menyadari bahwa konflik Rusia-Ukraina akan berlangsung panjang dan memicu kenaikan harga komoditas. Khususnya energi seperti minyak mentah dan gas dunia.

"Namun ya jangan dijadikan alasan tambahan untuk penundaan Pemilu 2024. Jadi kelihatannya akan banyak pikiran-pikiran baru yang semakin irasional dan ini tidak mendidik publik, harusnya dalam situasi krisis saat ini, kita harus mengedepankan rasionalitas," ujarnya.

Mahfuz menilai konflik Rusia-Ukraina merupakan perang supremasi antar kekuatan global, setelah kegagalan barat dalam menekan China dalam krisis pandemi COVID-19.

(BACA JUGA:Soal Usulan Pemilu 2024 Ditunda, PP Muhammadiyah Sentil Elit Politik: Jangan Tambah Masalah Bangsa)

Menurut dia, Rusia masih melihat ada ancaman dari tiga negara tetangga di sekitarnya yang dinilai pro barat yaitu Latvia, Lithuania dan Estonia. Karena itu dia menilai setelah Ukraina selesai, bisa saja tiga negara tersebut dianeksasi Rusia.

"Kalau kita lihat, ketika Amerika Serikat menarik pasukan dari Afghanistan, itu bukan ditarik pulang, tapi direlokasi ke Asia Tengah. Bisa saja digunakan untuk kepentingannya di kawasan Rusia, karena secara geopolitik dan geostrategis, Rusia merupakan pintu masuk wilayah barat dan wilayah timur,” katanya.

Mahfuz menilai Rusia tidak akan tunduk pada tekanan barat, meskipun diberikan sanksi ekonomi. Menurut dia, sanksi tersebut justru bisa memicu kenaikan harga minyak dan gas dunia, yang imbasnya juga akan dirasakan Indonesia.

"Jadi memang ada permainan pertarungan antara kekuatan-kekuatan global yang coba bertarung dari sisi supremasi, setelah pandemi tidak memberikan dampak sistematik kepada China,” ujarnya.

Dia menilai konflik tersebut tanpa disadari telah memicu resesi ekonomi dan inflasi secara global dan juga akan terjadi di Indonesia serta akan menambah tekanan persoalan-persoalan ekonomi di tanah air.

Dia khawatir ketika ada orang membaca situasi global seperti itu lalu dikaitkan dengan situasi ekonomi Indonesia yang juga sedang tidak bagus.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Gatot Wahyu

Tentang Penulis

Sumber: