IDAI Ungkap Kengerian Jika Anak Terjangkit Omicron: Bisa Terserang Gagal Jantung hingga Diabetes

IDAI Ungkap Kengerian Jika Anak Terjangkit Omicron: Bisa Terserang Gagal Jantung hingga Diabetes

IDAI mengungkap anak terancam mengalami gagal jantung hingga diabetes melitus pasca terjangkit Omicron.-Augusto Ordóñez-Pixabay

JAKARTA, FIN.CO.ID - Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso mengingatkan ancaman varian COVID-19 Omicron apabila menjangkit anak.

Ia menyebut, sejumlah masalah kesehatan yang fatal dapat mengintai jika anak terjangkit Omicron, seperti gagal jantung hingga diabetes melitus.

"Ada beberapa kasus laporan pada dokter anak yang menerima kasus Multisystem Inflammatory Syndrome in Children (MIS-C) bisa menyebabkan gagal jantung dan diabetes melitus, juga bisa merusak organ-organ lain," kata Piprim dalam webinar, Rabu, 23 Februari 2022.

(BACA JUGA:Pemerintah Naikkan Harga BBM dan Tol, Demokrat: Kami Tidak Pernah Sepakat Dengan Kebijakan...)

Piprim mengatakan, anak berpotensi mengalami MIS-C beberapa waktu setelah terpapar COVID-19.

"Jadi, hati-hati terhadap potensi long COVID-19 atau MIS-C yang bisa menimpa bahkan ketika swabnya sudah negatif," ujar Piprim.

Sementara itu, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Fify Mulyani mengatakan, gejala yang umum dialami oleh bayi saat terjangkit COVID-19 varian Omicron meliputi kesulitan bernapas atau batuk yang terus-menerus.

(BACA JUGA:Mulai Terungkap, Aksi Mesum Sejoli di Renon Bali, Polisi Bilang Begini )

Bayi juga bakal mengalami napas yang pendek, adanya penurunan intensitas buang air kecil, menolak disusui, dan demam tinggi.

"Sementara pada anak yang usianya lebih besar atau pada balita, gejala infeksi COVID-19 varian Omicron yang paling sering dilaporkan adalah pilek, sakit kepala, demam, dan yang paling umum adalah sakit tenggorokan," imbuh Fify.

Sebagai upaya pencegahan COVID-19 pada anak, Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Erna Mulati mengatakan, hal tersebut dapat dilakukan melalui vaksinasi.

(BACA JUGA:Pemandangan Ironis di Balik Proyek JIS Anies Terkuak, Yusuf Muhammad: Disembunyikan Gubernur Pembohong!)

Saat ini, tercatat bahwa jumlah vaksinasi yang dilakukan pada anak usia 6-11 tahun mencapai 65,6 persen untuk dosis pertama dan 25,85 persen untuk dosis kedua. Sedangkan untuk usia 12-17 tahun, tercatat 91,73 persen untuk dosis pertama dan 72,7 persen untuk dosis kedua.

"Berdasarkan data orang yang terinfeksi COVID-19 pada 21 Januari hingga 6 Februari 2022, sekitar 69 persen belum melakukan vaksinasi. Untuk itu, perlu adanya strategi percepatan vaksinasi yang terdiri dari kerja sama dari berbagai pihak yang mempunyai komitmen tinggi dalam upaya meningkatkan cakupan vaksinasi," ujar Erna.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Rizky Agus

Tentang Penulis

Sumber: