BA.2 Dikenal sebagai Omicron yang Menipu, Kok Bisa?

BA.2 Dikenal sebagai Omicron yang Menipu, Kok Bisa?

COVID-19 varian Omicron diprediksi akan memuncak pada awal Maret 2022--Pixabay/geralt

JAKARTA, FIN.CO.ID - Subvarian Omicron BA.2 kini sedang meningkat di sejumlah negara. Termasuk di Indonesia.

Varian Omicron yang sudah terdeteksi meliputi jenis B.1.1.529, BA.1, BA.2 dan BA.3. 

Subvarian BA.2 ini dikenal sebagai stealth Omicron atau Omicron yang menipu.  

(BACA JUGA:Muncul Omicron BA.2, Varian Apa Lagi Nih? Katanya Bisa Bedakan Hasil Tes PCR )

"Di beberapa negara, varian BA.2 ini terjadi lonjakan. Seperti di India, Filipina. Lalu di Denmark, Inggris dan Jerman," ujar Pakar Ilmu Kesehatan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Profesor Tjandra Yoga Aditama di Jakarta, Jumat (28/1/2022).

Menurutnya, sebanyak 89,1 persen (332.155) dari total 372.680 sampel sekuen yang dilaporkan ke Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID) dari berbagai negara di dunia hingga Selasa (25/1) adalah Omicron.

Sisanya adalah varian Delta 39.804 sampel sekuen (10,7 persen), varian Gana 28 sekuen (kurang dari 0.1 persen), varian Alfa empat sekuen (kurang dari 0.1 persen). Sementara varian lainnya yaitu Mu dan Lambda yang tergolong dalam Variant of Interest (VoI) sebanyak dua sekuen (kurang dari 0.1 persen).

(BACA JUGA:Pasien Omicron Bisa Dapat Obat Gratis, Begini Syarat dan Caranya)

"Data GISAID pada 25 Januari 2022 menunjukkan 98,8 persen di antara data yang ada adalah BA.1. Meski jumlah negara yang melaporkan BA.2 juga terus meningkat," imbuhnya.

Mantan Direktur WHO Asia Tenggara itu mendorong agar laporan adanya Omicron BA.2 dianalisa kemungkinan dampaknya. "Kita ketahui bahwa jenis BA.2 dikenal sebagai stealth Omicron atau Omicron yang menipu. Khususnya karena adanya delesi fenomena “S-Gene Target Failure (SGTF)," terangnya.

SGTF, lanjutnya, merupakan salah satu metode yang digunakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam mendeteksi dini potensi varian Omicron menggunakan reagen sebagai bahan baku tes cepat PCR. Selanjutnya dianalisa dengan metode genom sekuensing.  "Sehingga dapat tidak terdeteksi oleh pemeriksaan PCR SGTF yang justru mulai diperbanyak di Indonesia," urainya.

(BACA JUGA:Seberapa Ampuh Vaksin Booster Tangkal Omicron? Ini Kata Ahli)

Meski jumlah kasus varian BA.2 di Indonesia masih kecil, pemerintah tidak boleh menganggap remeh. Sebab, bukan tidak mungkin dapat mempengaruhi kebijakan yang perlu diambil dalam upaya pengendalian COVID-19.

 

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Rizal Huse

Tentang Penulis

Sumber: