Iran Terus Ditekan, Sementara Korut Melawan

Iran Terus Ditekan, Sementara Korut Melawan

MOSKOW - Secara gambelang Kanselir Jerman Angela Merkel kembali menyerukan untuk semua negara mendukung perjanjian nuklir Iran, di tengah keputusan Iran untuk menggenjot pengayaan uranium miliknya serta langkah Amerika Serikat untuk memberlakukan sanksi ekonomi. Sementara Korea Utara tolak perundingan AS, terkait nuklir. Ya, Angela Merkel menjelaskan berdasarkan perjanjian 2015, yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), Iran sepakat dengan China, Prancis, Jerman, Rusia, Inggris dan AS untuk membatasi program nuklir miliknya. ”Tentu saja, kami sepakat bahwa kita harus berbuat sesuatu untuk mempertahankan perjanjian JCPOA. Jerman yakin bahwa Iran seharusnya tidak memperolah atau memiliki senjata nuklir," kata Merkel saat konferensi pers gabungan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow, Minggu (12/1). ”Demi alasan ini kami akan terus menggunakan semua sarana diplomatik untuk mempertahankan keberadaan perjanjian ini, yang tentunya tidak sempurna namun itu adalah sebuah perjanjian dan melibatkan komitmen dari semua pihak," kata Merkel. Tak seperti Amerika Serikat yang pada Jumat kembali memberlakukan sanksi ekonomi terhadap Iran, negara-negara Eropa memberi Teheran lebih banyak waktu untuk menghindari proliferasi nuklir ketimbang memulai proses yang dapat berujung pada pemberlakuan kembali sanksi BB. Sementara itu, Korea Utara tidak akan melanjutkan perundingan nuklir kecuali AS menerima tuntutannya tanpa syarat. "Kami telah membuang waktu dengan AS selama 1.5 tahun," kata Kim Kye Gwan, seorang wakli menteri luar negeri Korea Utara, menurut kantor berita resmi KCNA. Kim, seorang diplomat senior, mengatakan hubungan Kim Jong Un dengan Presiden AS Donald Trump tetap positif, mengatakan bahwa Kim baru-baru ini mendapat ucapan selamat ulang tahun dari Trump. ”Tapi itu urusan pribadi dan pemimpin kami, yang mewakili negara dan bekerja demi kepentingan negara, tidak akan mengambil keputusan berdasarkan hubungan pribadinya," tambah Kim. ”Agar dialog bisa terwujud, AS harus menerima tuntutan kami tanpa syarat. Namun, kami sadar bahwa AS belum siap untuk melakukannya, atau tidak bisa melakukannya," tambahnya. Diplomat Korea Utara itu tidak mengatakan apa tuntutan Korea Utara. Korea Utra sering mengeluh mengenai AS dan sanksi-sanksi internasional, serta tentang latihan militer gabungan dan penjualan senjata AS-Korea Selatan. (fin/ful)

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


admin

Tentang Penulis

Sumber: