Kemhan Belum Beli Alutsista dari Prancis

Kemhan Belum Beli Alutsista dari Prancis

JAKARTA - Pemerintah Indonesia dikabarkan berminat tertarik membeli 48 jet tempur Dassault Rafale dan 4 kapal selam Scorpene buatan Prancis. Ini setelah adanya lawatan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto ke Paris pada 11-13 Januari lalu. Bahkan surat kabar Prancis, mengutip sumber Kementerian Pertahanan Prancis menyebut Indonesia juga tertarik membeli 2 kapal perang Korvet Gowind. Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Sakti Wahyu Trenggono mengatakan hingga saat ini belum ada pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) dari sejumlah negara. Baik dari Turki, Jerman, dan Prancis. Sebaliknya, Indonesia justru ingin mengembangkan produksi dalam negeri. "Kunjungan kerja Pak Prabowo ke Prancis baru sebatas melihat-lihat alutsista yang dimiliki negara itu. Belum sampai ke rencana pembelian. Namanya melihat kan boleh-boleh saja. Tetapi belum tentu beli. Yang pasti kita ingin mengembangkan industri pertahanan dalam negeri. Harus kuat," ujar Trenggono di kantor Kemenhan, Jakarta, Rabu (22/1). Dikatakan, Kemenhan mendorong pemanfaatan produk-produk buatan industri pertahanan lokal untuk penguatan industri pertahanan dalam negeri. "Mimpinya seperti DARPA (Defense Advanced Research Projects Agency) kalau di Amerika," imbuhnya. DARPA yang dimaksud adalah badan yang bertanggung jawab untuk pengembangan teknologi militer Amerika Serikat. Dia mencontohkan PT Dirgantara Indonesia (DI) telah berhasil memproduksi pesawat CN 235. Sehingga akan terus dikuatkan pengembangannya. "PT DI harus kuat. Khususnya produksi CN 235," ucapnya. Dia berharap TNI bisa menggunakan pesawat terbang buatan PT DI. Termasuk CN 235 guna memenuhi seluruh kebutuhan pesawat angkutnya. Demikian juga kapal. Kita ingin TNI AL membangun kapal di PT PAL. Sehingga PT PAL akan menjadi kuat," paparnya. Trenggono mengatakan Ghana dan Filipina merupakan negara yang prospektif untuk pangsa pasar alutsista buatan anak bangsa. Untuk kawasan ASEAN, Filipina adalah salah satu negara yang sedang dijajaki untuk perluasan pasar alutsista. "Kalau Ghana dan Filipina itu produknya Pindad," beber Trenggono. Sebelumnya, Menhan Republik Ghana Dominic BA Nitiwul sudah bertemu dengan Menhan Prabowo Subianto, di Jakarta pada 21 November 2019 lalu. Keduanya sepakat bekerjasama dalam hal produk-produk industri pertahanan. Indonesia memandang kawasan Afrika Barat sebagai negara penting untuk menjadi mitra bagi kerjasama produk industri pertahanan Indonesia. Sementara itu, anggota Komisi I DPR RI Dave Laksono setuju ada penguatan pertahanan TNI. Khususnya alutsista untuk mengamankan wilayah batas Indonesia dengan negara tetangga. Dia menilai, Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) juga butuh pengawasan. Karena itu, kemampuan TNI harus dioptimalkan. "Jadi kita optimalkan dan tingkatkan. Namun jangan sampai mengganggu operasi-operasi TNI AL di tempat lain. Jadi kunci utamanya adalah penambahan alutsista," kata Dave di gedung parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (22/1). Dia mengakui, untuk penambahan alutsista TNI membutuhkan anggaran tambahan. Namun hal tersebut bisa diambil dari pos-pos lain. "Karena kalau menambah anggaran berarti menambah kapal. Sementara tahun ini sudah terjadwal beberapa kapal yang ditambahkan," ucap politisi Partai Golkar tersebut.(rh/fin)

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


admin

Tentang Penulis

Sumber: