Cina Temukan 30 Obat Virus Corona

Cina Temukan 30 Obat Virus Corona

BEIJING - Sebanyak 30 jenis obat yang menjadi kandidat untuk memerangi virus corona ditemukan tim peneliti-ilmuwan gabungan dari Institut Shanghai Materia Medica di bawah naungan Chinese Academy of Sciences (CAS) dan ShanghaiTech University. Para peneliti dari ShanghaiTech University mengungkapkan, bahwa struktur kristal resolusi tinggi dari virus proteinase utama (Mpro) dari virus corona baru. Mpro, yang mengontrol aktivitas kompleks replikasi virus, disebut merupakan target yang menarik untuk terapi. Berdasarkan studi Mpro 2019-nCov, tim peneliti gabungan memeriksa obat-obatan yang telah dipasarkan dan senyawa dari tanaman obat. Melalui kombinasi pengujian dan tes enzimologi, tim memperoleh 30 kandidat obat untuk virus corona baru. Para kandidat termasuk 12 obat anti-HIV, seperti indinavir, saquinavir, lopinavir, carfilzomib, dan ritonavir. Dua obat virus anti-pernapasan syncytical, obat anti-skizofrenia, serta imunosupresan turut menjadi kandidat. Dalam daftar kandidat, terdapat pula beberapa obat tradisional China yang mungkin mengandung komponen efektif terhadap 2019-nCov, seperti polygonum dan cuspatidum. "Para peneliti menyarankan kandidat obat ini dipertimbangkan untuk perawatan klinis pasien pneumonia yang terinfeksi 2019-nCov," kata Xinhua dalam laporannya pada Selasa (28/1). Tim peneliti akan melalukan tes lebih lanjut pada obat-obat tersebut guna memberikan panduan untuk studi klinis dan perawatan virus corona baru. "Saat ini jumlah warga Cina yang terinfeksi virus korona mencapai 4.515 orang. Virus itu telah menelan 106 korban jiwa," imbuhnya. Sementara itu, Presiden Cina Xi Jinping menyebut, virus tersebut sebagai iblis. Xi berjanji, pemerintahnya akan transparan serta bertanggung jawab dalam mengendalikan virus yang sudah membunuh 106 warganya itu. "Epidemi ini iblis, dan kami tidak bisa membiarkan iblis ini bersembunyi," kata Xi, saat bertemu Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom di Beijing, seperti dikutip dari AFP. Dia menepis anggapan pemerintahannya tertutup dalam mengungkap wabah yang juga sudah menyebar ke setidaknya 15 negara itu. "Pemerintah Cina selalu menerapkan sikap keterbukaan, transparan, dan bertanggung jawab terhadap penyampaian informasi wabah ini ke dalam negeri dan asing secara tepat waktu," ujarnya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memasukkan penyebaran virus corona ke dalam risiko sangat tinggi di Cina. Sedangkan kasus serupa dikategorikan sebagai risiko tinggi di tingkat regional dan global. Badan Kesehatan PBB yang berbasis di Jenewa ini merevisi kesalahan laporan sebelumnya yang dirilis pada Kamis (23/1) dengan memasukkan penyebaran virus corona sebagai risiko global. Koreksi penilainan ini, bukan berarti WHO mengumumkan kondisi darurat kesehatan global terkait penyebaran virus corona. Dapat disampaikan, hingga hari ini, Selasa (28/1) 106 korban meninggal, sebanyak 100 berasal dari Wuhan, kota asal merebaknya virus korona serta enam lain berasal dari kota lain termasuk Beijing. Selain itu, lebih dari 4.500 orang dinyatakan positif terjangkit. Lagi-lagi, sebagian besar berasal dari Wuhan dan kota lain di Provinsi Hubei. Pemerintah Cina mempercepat pembangunan rumah sakit untuk menampung para penderita. Kini dua rumah sakit dibangun hanya dalam waktu 6-10 hari guna menampung hingga 2.300 penderita. Sementara itu berbagai negara sudah dan akan menjemput warga mereka yang tertahan di Wuhan. Amerika Serikat sudah mengirim pesawat pada Minggu (26/1/2020). Negara lain, yakni Jepang, Prancis, dan Korea Selatan juga melakukan langkah serupa pekan ini. Jerman juga sudah menyiapkan rencana evakuasi. (der/afp/fin)

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


admin

Tentang Penulis

Sumber: