Li Wenliang, Dokter yang Pertama Umumkan Bahaya Coronavirus Meninggal

fin.co.id - 09/02/2020, 13:29 WIB

Li Wenliang, Dokter yang Pertama Umumkan Bahaya Coronavirus Meninggal

Pesawat milik maskapai Citilink terdampak abu vulkanik erupsi Gunung Ruang di Bandara Sam Ratuangi, Manado, Sulawesi Utara

CINA- Dokter Li Wenliang meninggal setelah tertular virus corona saat merawat pasien di Wuhan. Li Wenliang merupakan satu-satunya dokter di Cina yang pertama kali memperingatkan bahaya munculnya corona virus di provinsi Hubei pada Desember 2019 lalu.

Dilansir BBC, kala itu, Li Wenliang menemukan ada tujuh kasus pasien yang memiliki gejala seperti Sindrom Pernapasan Akut Parah (SARS). Hingga kemudian Li mengirim pesan kepada sesama koleganya agar selalu waspada terhadap pasien yang memiliki gejala penyakit tersebut. Ia mengimbau agar mengenakan pakaian pelindung jika menangani pasien dengan gejala penyakit mirip SARS itu.

Pernyataan Li Wenling ini direspon pihak kepolisian di Wuhan. Mereka mendesak Li agar tidak menyebarkan berita bohong yang meresahkan publik. Li didatangi kepolisian pada malam hari dan dipaksa menandatangani surat pernyataan agar tidak mengulangi komentar serupa.

Hingga pada awal Januari 2020, wabah corona telah diketahui dan mulai terjangkit ratusan warga di Wuhan dan provinsi Hubei. Li menangani salah satu pasien yang positif corona virus. Hingga penularan antara pasien dan Li terjadi. Li akhirnya dinyatakan positif corona virus. "Kurasa dia bukan penyebar rumor. Bukankah ini berubah menjadi kenyataan sekarang?" ujar ayahnya, Li Shuying, kepada BBC. "Anakku luar biasa," sambungnya.

Li meninggal di Rumah Sakit Pusat di Wuhan setelah beberapa pekan melawan corona virus. Li menghembuskan nafas terakhir pada Jumat (7/2) sekitar pukul 2.00 dini hari waktu setempat. Rekan medis Li Rumah Sakit Pusat Wuhan, dilaporkan berusaha mati-matian selama tiga jam untuk menyelamatkan nyawanya saat sekarat.

Sementara, menurut para tenaga medis yang berada di saat-saat terakhir Li, mereka diperintahkan oleh pemerintah setempat supaya mempertahankan sang dokter tetap bernapas, agar Li mempunyai waktu untuk menyiapkan pernyataan.

Takdir berkata lain, nyawa Li tidak tertolong. Sejumlah perawat dan rekan-rekannya menyemut di kamarnya di ruang perawatan intensif. Dengan masih mengenakan pakaian pelindung, mereka satu persatu membungkuk memberi penghormatan terakhir bagi sang martir.

Kabar Kematian Li, juga memicu kemarahan publik terhadap otoritas Cina atas kebebasan bersuara. Gelombang emosi dari publik Cina terus tumbuh di media sosial Tiongkok. Tagar keinginan kebebasan berbicara jadi trending topik di Weibo. "Kami ingin kebebasan berbicara," demikian tulis jutaan netizen di Wibo.

Dikutip CNN, sejumlah ucapan pujian dan belasungkawa mengalir deras setelah Li tutup usia. Dia dianggap menjadi pahlawan di tengah kepanikan masyarakat China terhadap virus mematikan itu.

Sekedar diketahui, pada Sabtu (8/2) kemarin, 88 orang kembali dilaporkan tewas di Wuhan akibat corona virus. Kini sudah 724 orang yang meninggal secara keseluruhan. Pasien meninggal terbanyak berasal dari provinsi Hubei-- tempat wabah itu pertama kali muncul. Sementara itu, sebanyak 34.400 orang terinfeksi termasuk di 27 negara di dunia. (dal/fin).

Admin
Penulis