Alarm Mr Whistleblowing Terbukti

fin.co.id - 10/02/2020, 14:15 WIB

Alarm Mr Whistleblowing Terbukti

HONGKONG - Korban jiwa dari virus corona baru melonjak melewati angka 800 orang tewas di daratan Cina, pada Minggu (9/2). Jumlah ini tentunya melampaui kematian global pada epidemi SARS pada 2002-2003. Klaim Organisasi Kesehatan Dunia menunjukan wabah itu akan terus merambat naik hingga penjuru dunia.

Data terbaru WHO memang mencengangkan. Empat hari terakhir jumlah kematian begitu stabil di Hubei, Cina. Hampir 37.200 orang di negeri tirai bambu itu telah terinfeksi oleh virus mematikan. Kondisi makin diperparah dengan pasokan makanan sehari-hari yang terus menipis.

Kepanikan makin menjadi-jadi, setelah pemerintah Cina mengunci seluruh kota ketika kemarahan meningkat atas penanganan krisis terutama setelah seorang dokter whistleblowing menjadi korban virus tersebut. ”Alarm Li Wenliang yang dijuluki Mr Whistleblowing ternyata benar,” ucap Chen Hua warga setempat, seperti dilansir AFP.

Ya, kematian seorang dokter Tiongkok yang kemudian dijuluki whistleblower pada Jumat (7/2) itu membuat publik bereaksi. Mereka marah dengan pemerintah. Apalagi setelah Li Wenliang, dokter di Rumah Sakit Pusat Wuhan, meninggal dunia karena terinfeksi virus corona tipe baru. Ironisnya, dia adalah orang pertama di dunia medis yang memperingatkan soal adanya virus mematikan tersebut.

Pada 30 Desember 2019, Li mengirimkan pesan di grup WeChat yang berisi rekan-rekan alumninya di sekolah kedokteran tentang tujuh orang dari pasar ikan Wuhan yang dirawat di rumah sakit tempatnya bekerja.

Li secara gamblang menjelaskan mereka terinfeksi virus yang mirip Sindrom Pernafasan Akut Berat (SARS) dan meminta rekan-rekannya untuk berhati-hati. Anehnya, dia justru dituduh menyebarkan hoaks dan orang yang paling bertanggungjawab dalam menyebar kebohongan oleh pemerintah Cina.

Weibo, media sosial populer di Tiongkok, dipenuhi dengan pembahasan netizen tentang Li. Dilansir Reuters, kematiannya menjadi trending topic dalam semalam begitu kabar tersebut diketahui publik. Berita mengenai Li dilihat lebih dari 1,5 miliar kali dan dibicarakan dalam berbagai grup WeChat.

Mayoritas geram, tak sedikit lainnya yang merasa sedih. Apalagi setelah WHO menyampaikan kesedihan mendalam melalui Twitter. Sejumlah media Tiongkok menyebutnya sebagai seorang "Pahlawan yang berani berbicara kebenaran". Netizen mengunggah puisi dan potret Li untuk memberi penghormatan.

Sementara higga hari ini (10/2) dipastikan sebagian besar masyarakat Cina belum kembali bekerja setelah liburan Tahun Baru Imlek yang diperpanjang. Kota-kota termasuk pusat keuangan Shanghai memerintahkan penduduk untuk mengenakan topeng di depan umum.

Michael Ryan, kepala Program Keadaan Darurat Kesehatan WHO, mengatakan periode stabil wabah dapat mencerminkan dampak dari langkah-langkah pengendalian.

Sementara angka kematian telah meningkat terus, kasus-kasus baru telah menurun sejak puncak tunggal hari Rabu hampir 3.900 orang di seluruh negeri. Pada hari Minggu, jumlah kasus baru hanya lebih dari 2.600 orang terimas virus itu.

"Pemerintah setempat meminta orang-orang untuk tinggal di rumah sebanyak mungkin, tetapi tidak ada cukup barang di toko setiap kali kami tiba di sana, jadi kami harus sering keluar," kata seorang wanita bermarga Wei di Wuhan kepada AFP.

Wang Bin, dari kementerian perdagangan, mengatakan tantangan termasuk logistik yang buruk, kenaikan harga dan kekurangan tenaga kerja. "Sulit bagi pasokan pasar untuk mencapai level normal. Di Hubei, ada pasokan lima hari daging babi dan telur, dan pasokan sayuran tiga hari,” katanya.

Atas kondisi ini Bank sentral Cina mulain mengantisipasi dampak buruk yang terjadi. Mereka akan menawarkan dorongan 300 miliar yuan ($ 43 miliar) untuk memerangi epidemi.

Melissa Santos, seorang siswa dari Republik Dominika yang tinggal di Wuhan, mengaku khawatir akan pergi membeli makanan untuk pertama kalinya dalam seminggu. "Saya telah membaca bahwa virus dapat ditransmisikan dengan sangat cepat, dalam beberapa detik," katanya.

Admin
Penulis