Industri Farmasi Jangan Lembek!

Industri Farmasi Jangan Lembek!

JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong industri farmasi di dalam negeri agar semakin meningkatan kegiatan risetnya, sehingga dapat menghasilkan inovasi produk yang berdaya saing tinggi. Langkah ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pasar domestik dan permintaan ekspor. ”Kami ingin memperkuat struktur industri farmasi di dalam negeri. Salah satunya melalui kegiatan riset, seperti untuk pengembangan obat herbal,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita ketika melakukan kunjungan kerja di PT Dexa Laboratories of Biomolecular Science, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (11/3). Menperin memberikan apresiasi kepada Dexa Group selaku perusahaan farmasi terkemuka di Indonesia yang berdiri sejak tahun 1969 ini mampu menyediakan berbagai produk farmasi yang berkualitas. Produk-produk Dexa Group tidak hanya untuk konsumen lokal, tetapi juga telah diekspor ke berbagai negara di empat benua, yakni Afrika, Asia, Amerika, dan Eropa.

BACA JUGA: Percepatan Vaksin Corona Justru Membahayakan

”Dexa Group merupakan salah satu sektor pionir dalam pengembangan industri farmasi di Indonesia,” ungkapnya. Bahkan, laboratorium yang dimiliki oleh perusahaan tersebut, telah mendapatkan sertifikat internasional dari Inggris. Agus menambahkan, pihaknya bertekad untuk terus menumbuhkan sektor industri farmasi di tanah air dengan memperluas akses pasar dan meningkatkan utilisasinya. “Kami berharap produk-produk industri farmasi kita bisa terserap optimal di dalam negeri, seperti melalui program Jaminan Kesehatan Nasional. Ini salah satu yang perlu diakselerasi,” imbuhnya. Kemudian, Kemenperin turut mendorong upaya industri farmasi agar dapat mengurangi impor bahan baku dan menghasilkan substitusinya. Selanjutnya, Menteri AGK mendukung untuk sosialisasi mengenai Obat Modern Asli Indonesia (OMAI). Mengenai langkah substitusi bahan baku impor farmasi, Dexa Group sebagai perusahaan nasional telah mengupayakan kemandirian bahan baku farmasi melalui OMAI sejak tahun 2005. OMAI merupakan obat-obatan yang bahan bakunya berasal dari alam Indonesia, sehingga mudah didapatkan dan tidak tergantung dengan impor.

BACA JUGA: Donald Trump Diduga Terpapar Virus Corona

Ferry Soetikno selaku Pimpinan Dexa Group mengatakan, dalam ranah industri, ketergantungan industri farmasi nasional terhadap bahan baku impor, salah satunya melalui pengoptimalan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN). ”Regulasi TKDN ini sejalan dengan Inpres 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan,” ujarnya. Selain itu, menurut Ferry, dorongan pemerintah terhadap penggunaan produk hilirisasi hasil riset dalam negeri seperti OMAI ke dalam fasilitas kesehatan nasional juga perlu dipercepat untuk memberikan kepastian pasar bagi industri. “Industri perlu kepastian pasar untuk meningkatkan produksi dan mengembangkan produk obat lainnya yang bermanfaat bagi kesehatan masyarakat,” tandasnya. Sementara itu, Executive Director Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS) Raymond Tjandrawinata mengemukakan, Dexa Group berkomitmen melakukan kegiatan riset di tingkat hulu dengan mengembangkan sediaan farmasi dan memproduksi Active Pharmaceutical Ingredients (API) yang berasal dari makhluk hidup. Di tingkat hilir, inovasi pengembangan dari DLBS ini menghasilkan empat produk Fitofarmaka di Indonesia dan sejumlah produk obat herbal terstandar. Lebih lanjut, Raymond menjelaskan, industri memerlukan stimulus dari pemerintah untuk mendorong pengembangan produksi bahan baku dalam negeri baik di tingkat hulu maupun hilirnya. ”Industri farmasi harus mendapat dukungan untuk pengembangan bahan baku dalam negeri sebagai produk substitusi impor,” terangnya.

BACA JUGA: Wawancara Pemeran Film ‘Mulan’, Prilly Latuconsina Petik Pesan Penting

Raymond mencontohkan salah satu produk OMAI Dexa Group adalah Inlacin. Inlacin merupakan obat diabetes Fitofarmaka berbahan baku bungur dan kayu manis yang diperoleh dari petani di daerah Gunung Kerinci di Jambi. ”Produk ini telah teruji klinis dan memiliki efikasi yang sama dengan obat diabetes berbahan baku kimia seperti Metformin. Produk ini juga telah diekspor ke Kamboja dan Filipina," katanya. Selain Inlacin, produk Fitofarmaka lainnya adalah Redacid berbahan baku kayu manis yang bermanfaat untuk mengatasi gangguan lambung, kemudian Disolf berbahan baku cacing tanah yang bermanfaat untuk memperlancar peredaran darah, dan Stimuno yang merupakan produk imunomodulator atau peningkat imun berbahan baku meniran. Di sisi lain, Kemenperin juga terus memacu pengembangan industri farmasi di tanah air agar mampu berdaya saing hingga kancah global. Adapun langkah strategis yang perlu dijalankan, antara lain adalah mendorong masuknya investasi untuk memperkuat struktur manufaktur dalam negeri dan menghasilkan produk substitusi impor.

BACA JUGA: Bertemu Zulhas dan Jazilul Tak Langgar Etik

”Industri farmasi merupakan salah satu sektor yang diprioritaskan dalam pengembangannya, karena diharapkan dapat berperan besar menjadi penggerak utama perekonomian nasional di masa yang akan datang,” papar Menperin. Pada kesempatan yang sama, Menperin memberikan apresiasi kepada PT. Kalbio Global Medika (KGM), salah satu anak perusahaan PT. Kalbe Farma Tbk yang fokus pada pembuatan produk-produk biologi, mulai dari pembuatan bahan baku obat sampai produk jadi. ”Kami apresiasi KGM mampu memenuhi standar kualitas yang berlaku baik lokal maupun internasional sehingga menghasilkan produk berkualitas untuk pasar lokal maupun diekspor ke berbagai negara,” tuturnya. Bahkan, KGM adalah pabrik produk biologi yang mempunyai sertifikat CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) dan saat ini fokus menggunakan sel mamalia sebagai sel benih (cell bank). Pemerintah telah mencanangkan program akselerasi pengembangan sektor strategis tersebut melalui penerbitan Paket Ekonomi Kebijakan XI yang dituangkan dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan (Alkes). ”Tujuan Inpres ini adalah menciptakan kemandirian industri farmasi dan alkes nasional, sehingga masyarakat memperoleh obat dengan mudah, terjangkau, dan berkesinambungan,” tutur Agus.

BACA JUGA: Pogba Diklaim Berubah Sikap ke United Karena Bruno Fernandes

”Kami mendorong industri farmasi nasional untuk terus berupaya membangun struktur yang dalam dan terintegrasi agar mampu menghasilkan produk-produk dengan inovasi baru dan bernilai tambah tinggi,” tegas Agus. Oleh karena itu, guna menciptakan tujuan tersebut, diperlukan iklim usaha yang kondusif, ketersediaan bahan baku dan penguasaan teknologi. Hingga saat ini, kekuatan industri farmasi di dalam negeri, didukung sebanyak 206 perusahaan, yang didominasi 178 perusahaan swasta nasional, kemudian 24 perusahaan Multi National Company (MNC), dan empat perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). ”Suplai produk farmasi di pasar domestik, mampu dipenuhi oleh produksi lokal sebesar 76%,” ungkap Agus. Kemenperin mencatat, pada kuartal IV tahun 2019, industri kimia, farmasi, dan obat tradisional mampu tumbuh 18,57% atau melonjak drastis dibanding pertumbuhan kuartal III-2019 yang menyentuh angka 9,47%. Capaian tersebut juga melampaui pertumbuhan ekonomi sebesar 4,97% pada kuartal IV-2019.

BACA JUGA: Partai Demokrat Gelar Kongres 14-16 Maret

Sementara itu, nilai PDB industri kimia, farmasi, dan obat tradisional pada kuartal IV tahun 2019 mencapai Rp22,26 triliun, melonjak dibanding kuartal III-2019 sebesar Rp20,46 triliun. Berikutnya, sepanjang tahun 2019, nilai ekspor produk industri farmasi dan obat tradisional menembus hingga USD597,7 juta, naik dibanding perolehan di tahun sebelumnya sekitar USD580,1 juta. ”Artinya, dari capaian-capaian tersebut, industri farmasi merupakan salah satu sektor yang memiliki kinerja gemilang dan memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional,” ujar Agus. Guna menekan defisit neraca dagang di sektor industri farmasi, Kemenperin memacu tumbuhnya industri di sektor hulu atau produsen bahan baku, karena nilai tambah produk farmasi akan meningkat jika sektor hulu dan hilir terintegrasi. ”Untuk mengembangkan industri hulu dan penghasil produk substitusi impor, memang perlu investasi. Dalam hal ini, pemerintah telah memfasilitasi melalui pemberian insentif fiskal, di antaranya berupa tax allowance dan tax holiday. Selain itu, serta super tax deduction yang diberikan bagi industri yang terlibat dalam program pendidikan vokasi dan menciptakan inovasi melalui kegiatan R&D,” tandasnya.

BACA JUGA: Hoaks, Pasien Corona Dirawat di RSUD Tidar

Produk farmasi hasil karya anak bangsa yakni obat herbal modern dan obat diabetes, kembali menembus pasar ekspor baru. Produk-produk farmasi Dexa Group ini, akan diekspor secara berkelanjutan selama lima tahun mendatang ke Kerajaan Yordania dan Republik Palestina melalui penandatanganan kerjasama supply agreement antara Dexa Medica yang merupakan bagian dari Dexa Group dan kedua partner. Penandatanganan supply agreement ini dihadiri dan disaksikan oleh Kepala Badan POM RI Ibu Penny K. Lukito dan Duta Besar RI untuk Kerajaan Yordania Hasyimiah merangkap Republik Palestina Bapak Andy Rachmianto Oktober 2019 lalu. Ada dua kerjasama ekspor yang disepakati di acara penandatangan yang berlangsung pada acara pertemuan Kerjasama Selatan-Selatan, pada 5 Oktober 2019, di Hotel Rotana, Amman, Yordania. Yang pertama, supply agreement antara Dexa Medica dan Al Noor Drugs Store - partner perusahaan farmasi dari Kerajaan Yordania untuk obat diabetes Metformin Sustained Release serta beberapa produk injeksi, hasil pengembangan ilmuwan dari Dexa Group, dan juga obat herbal modern yakni HerbaKOF untuk obat batuk, HerbaVOMITZ untuk meredakan kembung dan mual, HerbaPAIN untuk meredakan nyeri, HerbaCOLD untuk meringankan pilek dan sakit tenggorokan, serta Stimuno untuk daya tahan tubuh. Sementara kesepakatan lainnya adalah supply agreement antara Dexa Medica dan Anajah Medical Company & Pharmaceutical Palestina untuk produk obat herbal modern (HerbaKOF, HerbaVOMITZ, HerbaPAIN, HerbaCOLD, Stimuno) hasil karya ilmuwan Dexa Laboratories Biomolecular Sciences (DLBS) di Cikarang, Jawa Barat. (dim/fin/ful)

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


admin

Tentang Penulis

Sumber: