Akselerasi Kenaikan Suku Bunga The Fed Bikin Rupiah Tertekan

Akselerasi Kenaikan Suku Bunga The Fed Bikin Rupiah Tertekan

    JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah sore ini. Penyebab utamanya adalah ekspektasi terhadap percepatan kenaikan suku bunga acuan Federal Reserve (The Fed) yang semakin kuat di kalangan pelaku pasar. Mengutip data Bloomberg, Rabu, 5 Januari 2021 pukul 15.00 WIB, kurs rupiah akhirnya ditutup pada level Rp14.371 per dolar AS. Posisi tersebut menunjukkan pelemahan 58 poin atau 0,41 persen apabila dibandingkan dengan posisi penutupan pasar spot pada Selasa sore kemarin (4/1) di level Rp14.313 per dolar AS. Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di level Rp14.310 per dolar AS. Nilai tersebut melemah dari posisi kemarin yang sebesar Rp14.270 per dolar AS. Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan bahwa rupiah melemah karena tertekan oleh penguatan indeks dolar AS menjelang risalah dari pertemuan Federal Reserve AS terbaru. "Investor juga mempertimbangkan kemungkinan kenaikan suku bunga acuan The Fed lebih awal dari perkiraan meski ada lonjakan jumlah kasus COVID-19 secara global," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Rabu sore. BACA JUGA: Kekhawatiran Omicron Mereda, Bitcoin dan Kripto Etherium Menguat Belanja Infrastruktur Tembus Rp143,29 Triliun Selama 2021 Rupiah Diperkirakan Melemah, Ini Penyebabnya The Fed akan merilis risalah dari pertemuan Desember 2021 besok. Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari mengatakan dia mendukung dua kali kenaikan suku bunga The Fed pada tahun 2022 untuk menahan kenaikan inflasi AS yang tinggi. "Sekarang pelaku pasar menunggu pernyataan sekarang dari Presiden Fed St. Louis James Bullard dan Presiden Fed San Francisco Mary Daly pada hari Kamis dan Jumat besok untuk menanti petunjuk lebih lanjut," ujar Ibrahim. Patokan imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun naik ke level tertinggi dalam sebulan terakhir pada hari Selasa lalu. Penyebabnya juga karena ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed. "Sebagian investor memperkirakan kenaikan akan terjadi pada Maret 2022 setelah sebelumnya diperkirakan dimulai pada Mei 2022," jelas Ibrahim. Di bidang COVID-19, varian omicron terus memicu lonjakan kasus. Saat ini AS telah memecahkan rekor global hampir 1 juta kasus baru pada hari Senin menurut Reuters. Ini juga menjadi sentimen negatif bagi rupiah sore ini. "Selain itu data yang dirilis pada hari Selasa di AS menunjukkan bahwa indeks manajer pembelian manufaktur Institute of Supply Management lebih rendah dari perkiraan 58,7 pada bulan Desember 2021. Hasil survei lowongan pekerjaan JOLT menunjukkan 10,562 juta lowongan pada bulan November 2021," pungkas Ibrahim. (git/fin)

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


admin

Tentang Penulis

Sumber: