Welcome to The Jungle, Pirlo!

Welcome to The Jungle, Pirlo!

TURIN - Andrea Pirlo akhirnya kembali ke Juventus sebagai pelatih. Ini terjadi setelah 24 jam pasca Juventus meladeni Lyon di fase enam belas besar Liga Champions, akhirnya Presiden Juventus Agnelli memutuskan untuk memberhentikan Marizio Sarri dari kursi pelatih. Pria 40 tahun itu legenda hidup Bianconeri. Namun, bukan jaminan akan sukses pada musim pertamanya. Akankah dia menjadi Simone Inzaghi dengan Lazio, atau Pep Guardiola bersama Barcelona?
Tentu saja, melihat legenda klub datang kembali sebagai pelatih, harapan besar diberikan suporter. Mereka bangga karena pahlawan masa lampau pulang dan siap menghadirkan kejayaan baru. Meski hanya empat musim di Juventus (musim 2011-2015), Pirlo sudah dianggap sebagai sosok yang paham betul dengan tradisi klub. Tapi, tetap saja, bagi semua orang ini adalah perjudian yang harus dimenangkan eks pelatih Juventus U-23 tersebut. Jam terbang Pirlo sebagai pelatih masih seumur jagung. Pria yang berkontribusi akan lima gelar Serie-A berturut-turut bersama La Vecchia Signora itu baru sebulan mengawali karir pelatih bersama Juventus muda. Belum ada satu pun pertandingan amatir sekalipun yang pernah diikutinya. Masih terlampau dini untuk menilai Pirlo bisa sukses atau gagal bersama Juventus. Namun, berdasarkan rekam jejaknya yang gemilang bersama Antonio Conte, Pirlo tentu akan memakai gaya melatih yang diterapkan pelatih Inter tersebut. Dalam beberapa musim terakhir, Juventus jarang melakukan perubahan taktik yang drastis dari satu pelatih ke pelatih lainnya. Hanya saat Antonio Conte berkuasa, skema tiga bek sangat sering dipakai. Begitu di tangani Maurizio Sarri, Juventus memainkan skema empat bek. Paling sering, mantan pelatih Chelsea  itu menerapkan 4-3-3. Situasi yang memudahkan Pirlo apabila dia konsisten memakai 3-4-3 sebagaimana saat ia membela Juventus terakhir kalinya. Berbeda dengan Sarri yang begitu keras kepala memakai 4-3-3 ala Sarri Ball, Pirlo sebenarnya bisa lebih luwes dengan 3-4-3. Taktik yang membuat banyak kombinasi untuk bermain di area tengah, di mana penyerang, winger, dan gelandang berada pada jarak yang dekat satu sama lain. Pola itu sering dilakukan dalam serangan Juventus saat bersama Antonio Conte. Tentunya Presiden Juventus Agnelli punya kesan tersendiri bagi Pirlo. Ya, bagi Agnelii dan para pendukung Juventus, Sarri juga disebut bukan pelatik yang cemerlang di domestik dan dan laga internasional. Ini bisa dibuktikan saat Sarri mengarsiteki Napoli demikian pula dengan Chelsea. Presiden Agnelli angkat bicara di akhir pertandingan melawan Lyon dan sambil mengungkapkan kekecewaan yang dapat dimengerti karena tersingkir dari Liga Champions, dia dengan bangga mengingat kejuaraan kesembilan berturut-turut yang baru saja dia menangkan dan meluncurkan kembali tantangan untuk musim depan. Presiden Juventus Agneli juga sempat membuat postingan di halaman resmi Juventus. Dia mengaku musim 2019-2020 merupakan musim yang sangat sulit.   ”Kami memperoleh hasil yang bagus dengan kejuaraan kesembilan. Di bawah Sarri Juventus mendapatkan hasil terendah dalam sejarah. Mengenai Liga Champions, itu adalah mimpi sebelumnya, sekarang menjadi gol dan bermain seperti ini mengecewakan bagi kami, untuk para pemain dan untuk para penggemar, ini memang mengecewakan,” terangnya. ”Beberapa hari yang lalu saya memberikan pujian yang besar kepada Nedved, Paratici dan Cherubini dan saya menegaskan kembali penghargaan saya terhadap tim manajemen ini yang akan terus mengejar tujuan kami. Malam ini ada kekecewaan, kami kalah dengan lawan yang sebenarnya di bawah Juventus (Lyon, Red). Hasil Liga Champions memang bukan penilaian utama, tapi bagian dari itu,” ungkap Agnelli. Kendati demkian, ekspektasi Pirlo dalam mewujudkkan tidak datang sendiri. Ia  diperkirakan akan mematuhi strategi yang diterapkan oleh direktur Fabrizio Paratici dan Pavel Nedved, dan dia harus terlebih dulu menyelesaikan suasana ruang ganti yang tegang dan mendapatkan hasil maksimal dari apa yang dimiliki para pemain, termasuk Arthur yang masuk dan Dejan Kulusevski. Di sisi lain, didaulatnya Pirlo seperti memberikan lampu hijau oleh para pemain senior seperti Giorgio Chiellini, Cristiano Ronaldo dan Gigi Buffon. Gaya ofensif Pirlo tentu akan membawa efek dinamis skuadna  ketimbang musim sebelumnya. Ya, energi permainan yang lebih bertenaga, baik dengan atau tanpa bola. Pressing tinggi dilakukan lini depan untuk memberikan bantuan pada pertahanan dan berlari di antara pemain saat penguasaan bola. (fin/tgr)

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


admin

Tentang Penulis

Sumber: