Puncak Corona Tak Bisa Diprediksi

Puncak Corona Tak Bisa Diprediksi

JAKARTA - Puncak pandemi COVID-19 di Indonesia hingga kini belum dapat diprediksi. Semua tergantung pada perubahan perilaku masyarakat. Yang terpenting adalah bagaimana masyarakat sadar akan bahaya Corona dan selalu menerapkan protokol kesehatan. "Ketika bicara tentang puncak pandemi, ini berhubungan dengan perilaku warga. Puncak pandemi ini tak bisa diprediksi. Begitu juga dengan negara lain. Jika perubahan perilaku lambat, maka akan lambat pula mencapai puncak. Kami bekerja keras mencoba mengubah perilaku warga. Sekarang kami mulai memonitor secara real time perilaku warga ini," kata Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito dalam konferensi pers yang disiarkan kanal YouTube BNPB, di Jakarta, Rabu (7/10).

BACA JUGA: Usai Bilang Sayang Mamah Papah, Rafathar Kini Malah ‘Ancam’ Raffi Ahmad

Menurutnya, prediksi kapan puncak pandemi COVID-19 tidak terlalu penting. Yang paling penting adalah bagaimana mengakhiri pandemi COVID-19 di Indonesia. Kuncinya adalah disiplin protokol kesehatan. "Masyarakat harus sadar pentingnya 3M (Memakai Masker, Mencuci Tangan, Menjaga Jarak) dalam kondisi pandemi saat ini. Dimana pun berada jangan lupa 3M," ucapnya. Wiku menyadari jumlah pengetesan untuk mendeteksi COVID-19 di Indonesia masih di bawah rekomendasi World Health Organization (WHO). Pemerintah, lanjutnya, terus bekerja keras meningkatkan kapasitas pengetesan. Salah satunya dengan menambah kapasitas laboratorium di Indonesia. "Kami terus berupaya meningkatkan jumlah pengetesan seperti mendorong daerah untuk meningkatkan kapasitas pengetesan laboratorium dan juga performa," terangnya.

BACA JUGA: Usai Beri Kode, Putri Delina Kini Tak Setuju Sule Pacaran Dengan Nathalie Holscher

Sementara itu, Staf Khusus Menteri Keuangan, Yustinus Prastowo menilai upaya penaklukan pandemi COVID-19 menjadi prasyarat utama bagi pemulihan ekonomi nasional. "Tetap isu sentralnya adalah kesehatan. Bagaimana kita bisa menaklukkan pandemi COVID-19 menjadi prasyarat utama bagi pemulihan ekonomi. Tidak bisa dibalik-balik," ujar Yustinus dalam diskusi daring di Jakarta, Rabu (7/10). Menurutnya, tidak mungkin ekonomi dibuka kalau isu kesehatan belum bisa ditangani. Karena itu, konsolidasi dan fokus pada kesehatan menjadi prioritas penanganan. Terkait resesi ekonomi, lanjutnya, pemerintah tidak ingin berfokus pada hal tersebut. Tetapi lebih kepada respons kebijakan terhadap kondisi yang terjadi. Yustinus menyebut pemerintah juga sudah menyampaikan beberapa outlook yang telah dibuat oleh banyak lembaga ekonomi internasional. Faktanya, memang terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi global. "Beberapa negara bahkan sudah mendahului resesi secara teknis daripada Indonesia," jelasnya. Sebelumnya Presiden Joko Widodo menegaskan fokus utama kerja pemerintah adalah menangani masalah kesehatan masyarakat akibat pandemi COVID-19. Setelah itu pemulihan ekonomi. Jika kondisi kesehatan masyarakat membaik, maka ekonomi akan turut membaik.(rh/fin)

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


admin

Tentang Penulis

Sumber: