Puluhan Warga Keracunan Makanan

Puluhan Warga Keracunan Makanan

MANGKUBUMI - Puluhan pasien korban keracunan makanan di Kelurahan Karikil Kecamatan Mangkubumi masih menjalani perawatan medis sampai Minggu (11/10). Hasil pemeriksaan sementara, ditemukan bakteri amoeba pada tinja pasien. Sampai pukul 16.00 kemarin, tercatat jumlah total pasien yang diduga keracunan makanan mencapai 213 orang. 42 di antaranya masih menjalani perawatan baik di Puskesmas Mangkubumi dan RSUD dr Soekardjo. Namun sebelumnya, pada Minggu siang penambahan pasien masih terjadi, tetapi jumlahnya tidak begitu banyak. Malahan, jumlah pasien yang membaik dan dipulangkan lebih banyak, totalnya 171 orang. Kepala Bidang Pelayanan RSUD dr Soekardjo, H Dudang Erawan Suseno menyebutkan pihaknya melakukan pemeriksaan pada tinja pasien. Petugas menemukan ada bakteri amoeba. “Semua pasien kan kita periksa, ada temuan bakteri,” ungkapnya kepada Radar.

BACA JUGA: MenkopUKM Dorong Peran Anggota untuk Kembangkan Koperasi

Bakteri amoeba tersebut, kata dia, menjadi penyebab pasien mengalami gejala-gejala keracunan. Namun untuk sumbernya belum bisa dipastikan. “Kalau pemeriksaan sampel makanannya kan lagi diproses di Provinsi (Jabar),” ujarnya seperti dikutip dari Radar Tasikmalaya (Fajar Indonesia Network Grup). Dia menjelasakan ada beberapa hal yang membuat bakteri amoeba masuk ke dalam tubuh manusia. Bisa itu memang dari makanan, minuman atau kondisi tangan yang tidak bersih. “Itulah kenapa harus cuci tangan, apalagi pas mau makan,” terangnya. Kondisi pasien secara umum, jelas H Dudang, sudah cukup membaik. Termasuk kondisi kandungan dua pasien yang dalam kondisi hamil muda. “Kondisinya mulai membaik, mudah-mudahan segera bisa pulang,” katanya.

BACA JUGA: Ferdinand Mundur dari Demokrat, Denny Siregar: Selamat Datang di Dunia Hati Nurani Bro…

Pantauan Radar, jumlah pasien yang ditempatkan di ruang kelas SDN Puspasari tidak sebanyak hari pertama. Ruang-ruang kelas yang jadi tempat penanganan darurat itu sudah lebih lengang. Kepala Puskesmas Mangkubumi, H Arip Prianto menjelaskan penanganan dilakukan di ruangan kelas, sebab sejak awal jumlah warga yang keracunan membludak. Sementara pihaknya tidak punya fasilitas yang cukup memadai untuk melakukan penanganan. “Kita utamakan penanganan jangan sampai ada korban jiwa, " jelasnya. Meskpun demikian, penanganan kepada pasien dilakukan semaksimal mungkin oleh tim kesehatan. Supaya kondisi pasien tidak sampai drop atau memburuk. "Dokter juga terus dampingi pasien," imbuhnya. (rga)

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


admin

Tentang Penulis

Sumber: