Ferdinand Ngeles 'Chaplin' Bukan Jusuf Kalla, Refly Harun: Anak Kecil Juga Tahu

Ferdinand Ngeles 'Chaplin' Bukan Jusuf Kalla, Refly Harun: Anak Kecil Juga Tahu

JAKARTA- Eks Politikus Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean dipolisikan oleh putri kedua Jusuf Kalla (JK), Muswirah Kalla atau Ira. Ferdinand dianggap telah menebar kebencian dan fitnah terhadap Jusuf Kalla. Meskipun tidak terang menyebut nama Jusuf Kalla, namun kata ganti 'Chaplin' yang dipakai Ferdinand dinilai ditujukan kepada Jusuf Kalla. Kata 'Chaplin' diduga diambil dari nama pelawak legendaris Charlie Chaplin yang kumisnya dianggap mirip JK. Pengaduan putri JK itu, diterima oleh tim bareskrim polri dan diproses selama kurang lebih 2 jam dan diberi nomor ST/407/XII/Bareskrim tertanggal 2 Desember 2020. Setelah dipolisikan, Ferdinand kemudian membantah bahwa tokoh yang dia sebut 'Capling' dalam cuitannya di twitter itu bukan ditujukan ke JK. Hanya saja, meski membantah tetapi Ferdinand tidak menjelaskan siapa tokoh 'Calping' yang dia maksud membawa uang ke Arab Saudi untuk agenda Pilpres 2024. Menanggapi itu, pakar hukum tata negara, Refly Harun menilai, meskipun Ferdinand membantah, tetapi publik juga tahu bahwa Ferdinand sedang menyoal Jusuf Kalla. Refly Harun menilai, Ferdinand menyasar tiga pihak dalam cuitan itu. Di antaranya Jusuf Kalla, Habib Rizieq Shihab dan Anies Baswedan. "Kalau kita baca cuitan itu, anak kecil pun tahu ya. Yang disasarkan 3 pihak. Walaupun Ferdinand Hutahaean berdalih bahwa itu bukan Jusuf Kalla, tapi semua orang paham, yang dia tunjuk adalah Jusuf Kalla. Kita tahu kan, kumis Jusuf Kalla mirip-mirip Charlie Chaplin pelawak legendaris yang main film tanpa suara, tapi gerakannya sangat lucu," ucap Refly Harun dikutip dari Chanel YouTubenya, Jumat (4/12). Refly Harun melanjutkan, Ferdinand menuduh JK ke Arab Saudi dan membawa uang satu koper. Yang dimaksud Ferdinand adalah untuk membiayai kepulangan Habib Rizieq Shihab ke Indonesia. Sementara menurut Refly Harun, kata 'si asu pemilik bus edan' yang dimaksud Ferdinand adalah ditujukan ke Anies Baswedan. "Lalu Habib Rizieq Shihab jelas disebutkan ya, bawa uang berkoper-koper itu, satu koper atau berapa koper ya dimaksudkan untuk biaya ini, itu Habib Rizieq. Lalu ini semua dalam konteks untuk mendukung, pemilik bus edan itu. Si asu lagi disebut," papar Refly Harun. Refly Harun menjelaskan, Ferdinand menulis soal kepentingan 2022 itu merujuk ke Pilgub DKI Jakarta. Sementara 2024 merupakan pemilihan presiden. Sehingga cuitan Ferdinand jelas. "Jadi demi 2022, tuh kan Pilkada DKI, 2024 itu pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, dalam konteks ini jelas, walaupun menggunakan bahasa-bahasa simbolik untuk menghindarkan hukum," katanya. "Dan untuk misalnya pemanasan untuk 2022, 2024 tidak perlu menggunakan kata asu bus edan, tinggal dibilang saja itu Anies Baswedan. Kuta tahu bahwa klan JK cukup dekat dengan Anies Baswedan," imbuh Refly Harun. Di bilang, seharusnya Ferdinand tidak harus memakai istilah atau simbol-simbol untuk mereka. Sebaiknya Ferdinand menyebut secar terang, sebab itu merupakan pendapat. "Tapi pendapat dengan fakta berbeda. Misalnya kita mengatakan dia membawa uang satu koper dua koper, maka secara etika harus dijelaskan dari mama sumbernya. Jadi kalau sumbernya bisa dipertanggung jawabkan tidak apa-apa," pungkas Refly Harun. Setelah dipolisikan, Ferdinand kemudian hapus cuitannya tersebut. Namun tangkapan layar cuitan itu telah terlanjur tersebar dan jadi baha bukti pelaporan. Cuitan Ferdinand yang dipermasalahkan itu berbunyi: “Hebat juga si caplin, bawa duit sekoper ke Arab, bayar ini itu beres semua. Agenda politik 2022 menuju 2024 sudah dipanasi lebih awal. Tampaknya presiden akan sangat disibukkan oleh kegaduhan rekayasa caplin demi anak emasnya si asu pemilik bus edan” (dal/fin). (dal/fin). 

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


admin

Tentang Penulis

Sumber: